Sunday, June 5, 2011

MASIH TERLALU DINI


 
Masih terlalu dini sayangku, untuk mengatakan bahwa engkau telah menancapkan dan mengibarkan bendera sebagai buah dari kemenangan besar. Dari kata-katamu saja,  memunculkan satu bentuk kearoganan. Belum! Belum saatnya kau katakan itu sayangku……
Perjalananmu masih sangat panjang,  belum seumur jagung engkau menapaki hidupmu. Kalau sekarang engkau menjadi prince/princess dalam kebahagiaan, itu bukan sesuatu yang hakiki , dalam hidup ini, tidak akan ada kebahagiaan yang hakiki, …. Tidakkah engkau takut atas kesombongan yang telah engaku ikrarkan????
Jangan terlalu tergesa mengatakan bahwa inilah akhir dari segalanya, inilah happy ending, atau….inilah hasil usaha yang telah kau raih karena hasil usahamu sendiri…atau kemenangan karena  kebenaran ada dipihakmu. Justru ini adalah langkah awalmu, baru langkah awal…..Jangan dulu kau kibarkan bendera kesombongan.
Kalau selama ini engkau merasa tersanjung dengan posisimu sebagai ratu dan raja dalam kebahagiaan….itu hanyalah setitik noktah fakta, bahwa anak yang telah engkau kandung, yang telah engkau lahirkan ke dunia telah memberikan rizki pada kalian berdua seperti yang  telah Allah janjikan. Karena dulupun aku pernah mendapatkannya di saat usia perjalananku sama dengan usiamu yang sekarang. Di saat itu kami dapatkan kebahagiaan yang bertumpuk-tumpuk, anak, rizki, karir, rumah tangga, semuanya….meski tanpa harus melalui jalan seperti yang engkau lalui saat ini.
Sayangku….Bukankah Allah telah janjikan fasilitas itu, ketika kita mengarungi bahtera rumah tangga, terlebih ketika Allah menitipkan anak pada kita???
Tapi itu tidak berarti kemenangan. Harta, karir, anak, dsb, adalah kesenangan dunia. Semua hanyalah titipan. Kesenangan dan penderitaan , adalah ujian, jadi bukan kemenangan sayangku….Adakah dengan kesenangan dan kebahagiaan yang Allah berikan, bisa mendekatkan diri, memaksimalkan rasa bersyukur kita pada-Nya atau justru sebaliknya???Ataukah dengan penderitaan, kesengsaraan tidak menjauhkan kita dari-Nya? Apakah dengan penderitaan itu kita ikhlas menerima itu sebagai bagian dari ujian?
Sesungguhnya harta dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu). (QS. At-Taghabun [64] : 15
Ketika seseorang, sedang mendapatkan kemewahan dan kesenangan kehidupan dunia, maka sangat diperlukan kesabaran dari memperturutkan kesenangan dan kemewahan hidup tersebut, kenapa? Sebab, itu merupakan salah satu bentuk lain dari ibtila (ujian), ujian dengan kesenangan dan kemewahan.
 “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan.”  Q.S.Al-Anbiya [21] : 35
Allah menjadikan kesenangan dan kemewahan sebagai ibtila (ujian) seperti halnya kesengsaraan/kemiskinan.Dan setiap mukmin memerlukan kesabaran dari kesenangan dunia, agar tidak terlepas nafsunya mengikuti syahwat. Syahwat pada dunia yaitu kepada wanita, anak, kemewahan, kedudukan, dsb.  jika kita tidak bisa mengendalikan nafsu, maka pasti kita akan terseret kepada sikap sombong, menolak kebenaran dan melampui batas.

Tahukah sayangku? Sebagian ulama bijak mengatakan, bala (kesengsaraan) itu masih bisa disabari oleh orang Mukmin, tetapi kesenangan?? jarang sekali dapat disabari kecuali oleh orang yang mempunyai tingkat shiddiq.

Bahkan dikatakan, sabar terhadap kesenangan itu lebih berat daripada sabar terhadap bala (kesengsaraan). Ketika pintu-pintu dunia dibukakan kepada para sahabat, sebagian mereka berkata, “Kami sudah dicoba dengan kesengsaraan lalu kami-pun bersabar, tetapi ketika kami dicoba dengna kesenangan dan kemewahan, maka kami tidak dapat bersabar”.

Imam al-Gazali berkata, “Sabar terhadap kesenangan itu lebih berat, karena disertai adanya kemampuan. Orang yang lapar ketika tidak ada makanan, lebih dapat bersabar ketimbang ketika terhidang dihadapannya makanan-makanan lezat dan mampu melakukannya. Oleh karena itu sayangku, cobaan kesenangan itu lebih berat”. (kukutipkan ini dari sebuah tulisan sayangku…)


Aku sedikit mengernyitkan dahiku. Jadi….selama ini tidak merasa dirikah seseorang dengan kesalahannya, lalu mendapatkan apa yang semestinya dia dapatkan? Ya Rabb, betapa naifnya. Bukankah kita harus sportif sayangku? Islam mengatakan yang hak adalah hak, yang bathil adalah bathil. Ditengah-tengahnya adalah abu-abu atau kesamaran. Jika kebathilan yang telah kita lakukan, bersegaralah memohon ampunan-Nya, itulah sebaik-baik insan, bukan malah dengan keangkuhan engkau mengikrarkan diri bahwa dari kesalahan orang engkau menjadi seperti sekarang?
Jadi sayangku,….. bijak-bijaklah menyikapi. Jangan sampai di saat engkau terjatuh, engkau mengaduh dan sakit seraya berucap “Tuhanku menghinakanku!”
“Adapun manusia apabila Rabbnya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata : “Rabbku telah memuliakanku.” Tetapi bila Rabbnya mengujinya lalu membatasi rizki , maka dia berkata : “Rabbku menghinakanku”. (QS. Al-Fajr [89] : 15-16)
Sekali lagi, masa depanmu masih panjang. Engkau tidak akan pernah tahu perjalanan-perjalananmu berikutnya, kemanakah engkau akan singgah?  Sebab itu adalah bagian dari takdir yang tidak akan mampu kita lihat sebelumnya, yang tidak akan bisa kita tahu.
Engkau tidak akan pernah tahu andai didepanmu ada bongkahan batu besar atau sekedar kerikil-kerikil tajam yang berserakan, yang akan menusuk-nusuk kakimu, yang menyebabkan kakimu terluka dan berdarah-darah. Sekali lagi, apa yang terjadi adalah sudah menjadi ketetapan dan takdir Allah yang akan terjadi pada makhluknya.Dan itu semua sudah tertulis jauh sebelum engkau ada di fana kehidupan ini.
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz). (Q.S.Al-Maidah ayat 59).
 Hidup, apapun bentuknya adalah ujian. Kebahagiaan adalah sementara, penderitaan adalah sementara. Kita sekedar mampir untuk mereguk air dahaga.  Akhirat adalah tujuan dan kemenangan kekal, sayangku.
Satu lagi kukutipkan  ayat fafouritku untukmu, dan utamanya untukku sendiri sebagai bentuk penggambaran bahwa sebenarnya semua telah tertulis. dan ketika kita menerima ujian kesengsaraan kita tak perlu terlalu bersedih karenanya, dan ketika kita menerima ujian kesenangan kita pun tak perlu terlalu sombong dan membanggakan diri karenanya pula.
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lohmahfuz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah” Q.S. Al-Hadid [57] : 22
“(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,” Q.S. Al-Hadid [57] : 23

No comments:

Post a Comment