Friday, June 3, 2011

INSYA ALLAH

Insya Allah = Jika Allah berkehendak.
Q.S. Al kahf ayat 23 dan 24 :
“Dan janganlah sekali-kali kamu mengatakan sesuatu : sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi” kecuali (dengan menyebut) Insya Allah. Dan ingatlah kepada Tuhanmu. Jika  kamu lupa dan katakanlah : “mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini.” (Q.S. Alkahf : 23- 24)
Asbabun Nuzul dari ayat ini :
Menurut riwayat, ada beberapa orang suku Qurays yang bertanya kepada Rasulullah Salallahu alaihi wasalam tentang roh, kisah Ashabul kahfi (penghuni gua) dan kisah tentang Zulkarnain. Lalu beliau menjawab secara tergesa-gesa “ datanglah besok pagi kepadaku agar aku aku ceritakan”.
Pada waktu itu Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam tidak mengucapkan “Insya Allah” (Jika Allah menghendaki). Ternyata keesokan harinya wahyu terlambat turun kepada Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam sehingga Rasulullah tidak bisa menjawab persoalan-persoalan yang dikemukakan.
Turunnya ayat ini adalah sebagai teguran dan pelajaran bagi Rasulullah SAW. Allah mengingatkan bilamana Rasul lupa menyebut Insya Allah maka haruslah segera menyebutkannya kemudian.
Kita tidak tahu apa rencana Allah  dan apa yang akan terjadi pada diri kita. Bisa saja ketika  pagi kita berjanji pada seseorang, malamnya Allah mencabut nyawa kita, akankah kita bisa memenuhi janji kita?
Jika Allah berkehendak, berarti Allah pada hari yang kita janjikan, memberi kesehatan kepada kita, kita tidak uzur, ada waktu untuk menunaikannya  atau bisa juga kita tidak sedang ada urusan lain yang lebih bersifat urgent, maka Allah berkehendak supaya kita memenuhi janji kita. Jika Allah tidak berkehendak, itu artinya kebalikan dari yang telah dijelaskan di atas.
Jadi, ketika kita berjanji pada seseorang dan kita mengucapkan kata Insya Allah, berarti 90 persen lebih kita berusaha untuk memenuhi dan menunaikan janji kita . Bukan kurang dari 50 persen  atau bahkan kurang lagi dari itu, seperti persepsi orang selama ini. Bahkan kadang ketika kita mengatakan insya Allah, seseorang tetap memaksa, “iya, tapi jadi datang tidak?” seseorang itu maunya kita mengatakan pasti. Padahal kepastian itu hanyalah milik Allah Subhanallahu Ta'ala.
Wallahu A’lam bisawwab.

No comments:

Post a Comment