Tuesday, May 10, 2011

Laki-laki Dan Kimar






Pada suatu hari ada seorang laki-laki dan anaknya tengah berjalan kembali dari suatu perjalanan menuju kampung, dimana mereka tinggal. Mereka membawa seekor khimar. Sang anak berjalan di samping bapaknya sementara tangan sang bapak memegang tali yang mereka ikatkan di leher sang khimar.
Tiba di suatu perkampungan, mereka melalui sekerumunan orang. “Afwan,” kata si bapak permisi, melewati kerumunan itu. Belum seberapa jauh mereka melewati kerumunan itu, sayup-sayup terdengar suara orang berbicara kepada yang lainnya, ; ”Aneh benar orang itu, bawa khimar, bukannya dinaiki malah dituntun.” Katanya.

Mendengar itu, laki-laki itupun berhenti sejenak . Dia berfikir, betul juga apa yang orang katakan . Laki-laki itu merasa mendapat ide bagus.Akhirnya, naiklah bapak dan anak di punggung khimar meneruskan perjalanan . Di tengah-tengah perjalanan, setelah melalui perkampungan demi perkampungan, mereka bertemu dengan seseorang.“ Wahai fulan, mau kemanakah kalian? apa kau tak kasihan melihat khimar yang kalian naiki terengah-engah kelelahan?”

Mendengar teguran itu, laki-laki tsb merasa gusar, lalu berhentilah mereka di suatu tempat untuk sejenak istirahat. Diberinya khimar itu air minum sebelum mereka melanjutkan perjalanan. Setelah itu dia naikkan anaknya di punggung khimar, sementara dia sendiri berjalan mengikuti langkah-langkah kaki sang khimar.

Untuk kesekian kalinya ditengah perjalanan mereka berpapasan dengan seseorang yang menyapa mereka :
“Hai fulan, mau kemanakah gerangan?”
“Kami mau pulang kerumah, rumah kami di seberang bukit itu aki”
“Bagus. Tapi nak, mengapa kau tega biarkan ayahmu berjalan menuntun khimar sementara engkau dengan enaknya duduk di atas punggung khimar? Hai fulan, jangan biarkan anakmu berlaku tidak sopan padamu!”
Mendengar itu sang anakpun malu. Lalu dia turun dan meminta bapaknya yang menaiki khimar, sementara dia berjalan di samping khimar, menggantikan posisi ayahnya tadi.

Jarak kerumah pun makin dekat, tapi… begitulah, di tengah perjalanan, mereka pun kembali bertemu lagi dengan sekerumunan orang yang tengah berbisik membicarakan mereka. “Aih,…tega benar itu si bapak. Tak punya perasaan, dia biarkan anaknya jalan, sementara dia sendiri duduk enak.”
Akhirnya, sang bapak pun turun dari punggung khimar. Masih beruntung dia, dari kejauhan rumah mereka sudah mulai nampak. Mereka berdua berdiskusi sejenak, dan akhirnya, mereka ikat kaki sang khimar.Mereka memutuskan untuk memanggul khimar sampai tujuan. Orang yang melihatnya hanya bisa geleng-geleng kepala. Mereka memandang tak ada bedanya antara laki-laki itu dengan khimarnya. Ck…ck…ck…


Sebuah catatan untuk kurenungkan :
• Ceritaku yang sederhana ini...adalah gambaran seseorang yang tidak punya pendirian, tidak punya prinsip. Kemana arah angin dia mengikuti. Sampai akhirnya diri sendirilah yang akan merugi di akhir perjalanan hidupnya.Kalau kita berpegang pada 2 hal yang sudah jadi pegangan hidup kita, dan tetap istiqomah di jalan-Nya, Insya Allah kita tidak akan menjadi orang yang mudah terombang ambing. Doaku, semoga aku bisa istiqomah. Amiin…
Muscat, Jum’at 12 February 2010


No comments:

Post a Comment