Sunday, January 23, 2011

* "indonesian....ROKHIS??" "AKU BUKAN ANAK INDONESIA"

ROKHIS??

BAPAK PEJABAT SMOGA ALLAH MERAHMATI ANTUM .
SETELAH BEBERAPA TAHUN SAYA PERIBADI MENGAMATI TENTANG KEADAAN DARI SANG PAHLAWAN DEVISA YANG ADA DI SAUDI ARABIA INI KHUSUSNYA , BANYAK SEKALI CERITA-CERITA YANG MEMILUKAN HATI DAN MENCUCURKAN AIR MATA , BETAPA TIDAK PAK, ORANG YANG BAPAK ANGKAT SEBAGAI PAHLAWAN ITU TERNYATA DI NEGARA ORANG TIDAK SEDIKIT DARI MEREKA YANG MENJADI KORBAN PELECEHAN , PEMBUNUHAN , PENYIKSAAN , SAYA PRIBADI BERHARAP DAN BERDO'A SEMOGA PENGIRIMAN PAHLAWAN DEVISA ITU BERKURANG BAHKAN DI BERHENTIKAN :
PAK ...
KEBANYAKAN MEREKA MENJADI PELACUR MEREKA MELACUR BUKAN HANYA SESAMA INDO NESIA TAPI DENGAN ORANG BANGLADES PAKISTAN HINDIA TERLEBIH2 DENGAN ORANG SAUDI .
PAK ....
BUKAN SEKALI SAYA MENDENGAR ORANG BANGLA,PAKISTAN,HINDI NGOMONGIN ORANG KITA , MEREKA BILANG :"INDONESI ROKHIS" BAPAK TAHU APA ARTINYA : INDONESIA MURAH.
PAK...
CINTA NEGARA ITU BAGI SAYA TERASA KETIKA KITA BERADA DI NEGARA ORANG LAIN , SAKIT HATI INI PAK MENDENGAR KATA - KTA HINAAN ITU.
PAK ....
SAYA MEMANG RAKYAT KECIL YANG WALAOPUN DENGAN MENGORBANKAN NYAWA TIDAK AKAN MEMAJUKAN ATAO MENGHARUMKAN INDONESIA YANG SAYA CINTAI , NAMUN SATU PEGANGAN SAYA :
"CINTA TANAH AIR SEPAROH DARI IMAN "
PAK ....
BAGAIMAN ALLAH AKAN MERAHMATI NEGARA KITA KALO KITA MEMBANGUNNYA DENGAN UANG SUBHAT .
BAPAK SBY. YANG SAYA KAGUMI YANG SAYA HORMATI YANG SAYA BANGGAKAN, MUMPUNG BAPAK MENJADI PRESIDEN BERHENTIKANLAH PENGIRIMAN TKI (W/L) .
PAK ....
MAAFKAN RAKYATMU YANG TIDAK SOPAN INI, BAPAK BOLEH MENANGKAP SAYA KALO ADA KATA-KATA SAYA YANG TIDK BERKENAN DI HATI BAPAK .
DARI : AHMAD

Subhanallah, begitu lugas dan bersahaja kata-katanya. Adakah yang masih peduli dengan jeritan hati seorang  AHMAD ??? Aku hanya rakyat kecil, tak ada bedanya dengan beliau. Kalaupun aku menulis berlembar-lembar, mungkin tidak akan memberikan pengaruh apa-apa, kecuali hanya sebentuk kepedulian pada sesama, hanya sebentuk penolakan hati melihat kemunkaran yang ada dihadapan mata. Karena aku tidak bisa bertindak selain mendukung kata-katanya.
Banyak kisah tentang ‘pahlawan devisa’ (yang.... aku sendiri tidak setuju pada sebutan ini,kalau hasil dari........untuk mendanai negara). Pak Ahmad, aku lebih setuju kalau bapaklah yang disebut sebagai pahalawan itu. Pengakuan bapak sebagai “ rakyat kecil” , yang telah dengan berani menyuarakan hati nurani akan kebenaran , sampai-sampai  bapak bersedia untuk ditangkap untuk sebuah kata-kata yang justru ingin membangun sebuah Negara yang bersih , yang nantinya bisa membuat Negara lain segan kepada kita karena  bangsa kita adalah bangsa yang berkeribadian???



“AKU BUKAN ANAK INDONESIA”.

Sungguh miris mendengar kata-kata itu keluar dari bibir  seorang bocah 9 tahun. Kata-kata yang keluar dari bibir mungil seorang anak yang notabene lahir dan berkebangsaan murni  Indonesia.  Sudah sedemikian rusakkah bangsaku ? sampai-sampai anak seusia itu, yang seharusnya merupakan asset bangsa, masa depan Negara ada di tangannya, sebagai pemegang tongkat estafet, tak lagi mau mengemban nama, yang selama ini digembar-gemborkan , dikagumi bangsa lain di dunia?
Pagi itu, seorang ibu dan anaknya tengah belanja di sebuah supermarket. Ibunya tengah sibuk berbelanja untuk memenuhi kebutuhan dapur yang sudah menipis. Dibiarkannya anknya memilih, mencari  makanan kecil kesukaannya. Tak ada yang istimewa, setelah selesai ,sang ibu segera membayar belanjaannya. Tentu saja si ibu harus rela untuk antri beberapa jenak, di meja kasir yang paling ujung. Tak berapa jauh dari situ ada counter lain dengan dua deret etalase yang memajang jam tangan dan alat-alat elektronik lain. Sang ibu tak tahu kalau si anak dengan penuh perhatian menatap ke counter itu.
Di tengah perjalanan ke rumah, sang anak, tiba-tiba mengadu pada ibunya.
“Ibu, aku tidak ingin jadi orang Indonesia. Kenapa aku mesti dilahirkan di Indonesia? Aku malu bu, jadi orang Indonesia.“
“Nak, seharusnya kita itu bangga jadi bangsa Indonesia, bangsa yang besar, dengan kekayaan alamnya yang subhanallah, sangat berlimpah.” ujar ibunya.
Sang anakpun akhirnya nyerocos, “tapi aku nggak mau jadi orang Indonesia, bu.Aku bukan anak Indonesia. Nanti, kalau sudah besar, aku mau besar di negeri lain. Mau tinggal di Negara lain yang tenang, yang damai.” Orang Indonesia kenapa sih bu, jahat-jahat, ?” Si ibu masih dengan rasa keibuannya menjawab kata-kata anaknya. “ Tidak semua orang Indinesia jahat, nak. Yang baik pun tak kurang-kurang.”jawab sang ibu, tidak pula tau apa yang dimaksud si anak dengan kata ‘jahat’ tadi.
“Bu, tadi waktu di supermarket, aku lihat ada 2 orang Indonesia.”
“Oya? Dimana? Kenapa gak kamu sapa, nak?”
“Malu ah bu, tadi mereka itu di depan kita, di counter yang jual jam tangan itu.....mereka mau beli jam itu, terus mereka tanya, berapa harganya?....yang jualan bilang 25 riyal”
“Terus??”Tanya sang ibu
“terus, orang Indonesia itu nawar, 10 riyal aja....tapi yang jual gak kasih. Habis itu bu, masa....cewek itu bilang, 10 riyal saja deh, nanti aku kasih temenku ini ke kamu. Sama aku kasih no hp ku...tapi yang jual tetep bilang, gak....”
“Astaghfirullahal adziim....” Ucap sang ibu. Pemandangan yang sangat ironis, yang sangat tidak edukatif dan sempat  tertangkap mata sang  anak. Sungguh diluar kuasanya untuk mengelak dari kejadian itu. Sudah tak punya rasa malukah anak-anak bangsa kita, para pembantu kita ??????? menawarkan diri secara vulgar, ( masih disertai dengan penolakan) yang seharusnya, kalau kita masih punya nurani... ...betapa sangat memalukan???? dengan atau tanpa penolakan.Dan kejadian itu membekas di hati sang anak.....Si ibu tidak akan pernah menyalahkan sang anak, sampai ingin berlepas diri dari sebuah bangsa yang katanya sangat dikagumi dunia.Keputusan adalah masalah hati. Dan sang ibu pun membiarkan sang anaknya untuk ...suatu ketika menjadi warga dunia, bukan warga khusus bangsa tertentu.
 

***


Saturday, January 22, 2011

SANG MUROBI


      
              SANG MUROBI ITU……

Subhanallah, begitu istiqomahnya fulanah menggenggam erat tali aqidah yang senantiasa terjaga dari keburukan perilakunya. Kecerdasan yang dimilikinya, tak syak menjadi panutan orang, terutama teman-teman dekatnya. (setidaknya Itulah yang terlihat dari  kacamata sudut pandangku).
Awalnya, kita terdampar di sebuah pulau yang totalitas penduduknya berbeda bahasa dengan kita. Jarak yang sekian ribu kilometer by flight sudah menunjukkan perbedaan yang significant itu. (Sebenarnya lebih  pantas aku mengatakan bukan terdampar. yah….., karena pada dasarnya semua sudah tertulis di lauh mahfudz, baiklah kuralat saja, ditakdirkan). Di pulau inilah aku mengenal fulanah. Dengan back ground yang sama sehingga memudahkan komunikasi, tentunya.
Khazanah keilmuannya barangkali seluas samudra, yang fisically tampak dari minusnya kacamata yang tebal. Dan buku-buku tebal yang begitu lahap dibacanya. Bukan hanya ilmu agama, tapi ilmu-ilmu lain, diluar ilmu agama, apalagi ilmu yang  berhubungan dengan membawa  dan mempengaruhi massa,yang menelaah kepribadian orang,( tapi yang jelas bukan ilmu kejawen atau perdukunan J). Dan bahkan, berita terkini pun tak luput dari pantauannya. 24 jam tak lepas internet darinya (menurut pengkuannya).
Kami  hanya bergelintir mendiami pulau ini. Selebihnya orang berlalu lalang, tak kufahami bahasa yang mereka pakai. Adat dan cara berpakaianpun sangat berbeda dengan kita.
 Dari komunitas yang bergelintir inilah, atas inisiatif fulanah juga, akhirnya terbentuk  pertemuan yang inti  tujuannya  :  pendalaman  tentang Firman Rabb, dan sabda Rasul-Nya, Bagaimana menerapkan dalam kehidupan nyata, perilaku sunnah dan yang sejalan dengan Qur’an. Subhanallah.
Meski  hanya segelintir………..segelintir………..akan tetapi komunitas kita heterogen di sini. Dan pertemuan yang dibuat itu pada dasarnya untuk menjadikan  kita yang taat bertambah ketaatannya, dan yang belum taat menjadi taat, pada agama. “kita coba, kita hanya berusaha,  semoga cahaya Allah membuka pintu hati mereka “ kata fulanah.
Bagaikan bumi dan langit antara aku dan fulanah. Aku si lugu yang awam. Meski dari faktor U jelas  aku lebih ber ‘usia’ daripada beliau. Aku hanya bisa bantu sebisaku dalam menyampaikan karena belum cukup ilmu. Aku hanya tergerak oleh bunyi sebuah hadits “ sampaikanlah walau hanya satu ayat”.. ..
Kepiawaiannya dalam menyampaikan materi dakwah, akan membuat orang berdecak, seolah apa yang nampak di permukaan sudah balance antara ilmu dunya dan “the here after” nya. Beliau sedkit ‘zakelijk’ untuk tidak menghadiri acara-acara yang……menurutnya tak begitu bermanfaatlah, atau …… hanya untuk bersilaturahmi dengan seseorang yang beliau anggap tidak ada muatan keilmuannya, rasanya  hambur waktu saja.  Disinilah ujub mulai mengemuka. Dan satu hal yang tidak tercuri yakni seolah tidak ada yang melebihinya dalam hal keilmuan, sehingga beliau bebas mengatakan apa saja, kritik yang menyakitkan, underestimate, dan adakalanya penghinaan yang terang-terangan dalam status-statusnya. Begitulah orang pintar.
 Setinggi-tingginya ilmu masih ada yang lebih tinggi. Memang, kedudukan ilmu sangatlah tinggi dalam Islam  seperti  yang diriwayatkan Athabrani  :  “Sedikit ilmu lebih baik daripada ibadah. Cukup  bagi seseorang pengetahuan fiqihnya jika ia mampu beribadah kepada Allah (dengan baik). Dan cukup bodoh jika seseorang merasa bangga  (ujub) dengan pendapatnya sendiri “. (HR. Athabrani). Akan tetapi bukankah Allah menyuruh kita untuk tetap tawadhu? Bahkan dalam peribahasa pun dikatakan  bahwa Padi,…semakin berisi, semakin merunduk…..
 Imam ghasali mengatakan pula bahwa ada sebagian orang yang merasa ujub atau kagum dengan kelebihan yang ada pada diri mereka. Mereka asyik menghiaskan diri di sudut lahir sehingga mengabaikan perkara yang lebih penting yaitu kebersihan batin serta hati. Ketika itu mereka melupakan musuh yang utama mereka yaitu syaitan. Lalu mereka berpakaian dengan menggunakan kain-kain yang halus diselimuti mutiara, perhiasan serta sutera, dan bermusyafir dengan menggunakan kendaraan yang mengagumkan. Mereka mendakwa semua ini dilakukan bertujuan utnuk memuliakan agama. Mereka masuk ke tempat para penguasa yang dzalim untuk memuji mereka dan mendapatkan kasih sayang mereka.
 Mereka ini sebenarnya adalah orang yang merusak agama dan bukan imam agama karena imam agama yang sebenarnya adalah yang mengutamakan kepentingan akhirat dan tidak terpedaya dengan kelezatan dunia. sebaliknya golongan yang merusak ini justru berpaling dari kehendak Allah dan menghadapkan dirinya dengan kenikmatan dan indahnya dunia.
Begitulah hari berganti, sekarang, aku tak melihat lagi murobi yang dulu sarat dengan keilmuannya.  Yang ada ? dunianya sekarang berhiaskan nyanyi-nyanyian, jika ada pertemuan atau acara beliau siap tampil, dan............astaghfirullah, dengan keilmuannya  dalam menarik massa, banyak pula akhirnya teman-temanku yang mengikuti langkahnya, hanya karena tidak mau dibilang “tidak gaul”. Yang tadinya sudah mau mengikuti langkahnya, dengan mengumpulkan hijab, untuk memakainya, tiba-tiba yang terjadi malah sebaliknya, di cat nya rambutnya warn-warni. Semua berusaha menampakkan diri masing-masing, bahwa mereka bisa mengikuti perkembangan jaman, bahwa dunia mereka adalah dunia pergaulan, kesana kemari berusaha mengikuti aktifitas.   berusaha menunjukkan Islam itu bisa mengikuti perkembangan jaman. Yang mereka bicarakan sudah tak lagi tentang keislaman, tapi tentang si A yang ulangtahun, tentang tas bermerk yang harganya sekian, sekian.....Sementara dapur berantakan, suami tak lagi merasakan lezat makanan terhidang. Inikah kemajuan wanita? Ataukah bencana? Wallahu Alam bisawwab.



***




Thursday, January 6, 2011

* LAA TAHZAN (JANGAN BERSEDIH)



LAA TAHZAN (JANGAN BERSEDIH)

Muscat, Jum'at,1 January 2010

LA TAHZAN
(JANGAN BERSEDIH)

Saat duka mengoyak, Luka tertoreh…….Kau dapati diri tak kuasa lewati hari-harimu tanpa tak sakit, lewati hari-harimu dengan habiskan lembar demi lembar uang untuk sembuhkan sakitmu, lewati hari-harimu yang panjang dengan hanya sisakan sedikit asa. Sementara airmata kepedihan pun senantiasa iringi langkahmu yang kian lemah dalam duka yang tak berujung, karena vonis assam (kematian) berdentang getarkan kalbu,

LAA TAHZAN…
(JANGAN BERSEDIH)
Karena sesungguhnya DIA menyayangimu, DIA ingin dalam setiap tarikan nafasmu kau rasakan desahan keagungan nama-NYA, kau basahi bibirmu dengan senantiasa menyebut ASMA-NYA, saat beribu manusia lain tengah terlelap, saat gelap mendekap. Bermohonlah, pada-NYA, apa yang menjadikan sesak dadamu terhimpit, berjuta beban kehidupan tak kuasa kau memikul sendiri.

*******

LAA TAHZAN…..
(JANGAN BERSEDIH)
Meskipun tinggal setahun, sebulan, sehari , semenit, bahkan hanya sedetik saja sisa waktumu untuk kau bisa menatap dunia ini. Karena sesungguhnya, Dia ingin menghapus kepedihanmu, lukamu, sakitmu, dan menggantikannya dengan kehidupan baru yang membuatmu lupa akan penderitaan masa lalumu. DIA ciptakan bidadari/bidadara surga yang siap menyambutmu dengan senyum, memberimu kebahagiaan yang tak pernah berakhir yaitu kebahagiaan abadi.

LAA TAHZAN….
(JANGAN BERSEDIH)
Bukankah setiap detik, setiap saat, kau dengar kematian seseorang yang samasekali tidak divonis assam? Sementara DIA masih memberimu kesempatan untuk membasuh semua kotoran yang lekat pada dirimu sepanjang usiamu, semenjak kau mulai terkotori oleh noda karena dosa? Semenjak pertamakali engkau mengenal dosa (akil baligh)?
Engkau tak sendiri, masih banyak orang-orang yang senasib denganmu, atau bahkan lebih darimu. Engkau tak sendiri, karena engkau masih punya orang-orang yang sangat menyayangimu, memperhatikanmu, mengurusmu. Istri/suami, anak-anakmu, saudara-saudaramu yang senantiasa membesarkan hatimu.

LAA TAHZAN….
(JANGAN BERSEDIH)
Kalaupun tak ada yang memperhatikanmu, mengurus serta menjagamu, masih ada DIA yang setiap saat menjagamu.DIA senantiasa mendengar sayup-sayup panggilanmu, di tengah sakitmu yang mendera, mengerang sendiri engkau di tengah malam buta. Karena DIA lebih dekat dari urat nadimu sendiri.

****

Saat duka menyapamu, saat kau dapati istri/suami, anak-anakmu, saudaramu, tengah diujinya, kaupun tak luput dari ujian itu. Kau lewatkan hari-harimu merawat, mengurus orang yang sangat berarti dalam hidupmu, beribu peluh terkucur, lelah fisik dan batinmu tak terperi, hambar segala rasa, airmata pun tak urung setiap saat bertengger di pelupuk mata mu yang bening. Kesabaranmu benar-benar teruji.

LAA…TAHZAN…
(JANGAN BERSEDIH)
Jangan berputus asa saudaraku, DIA tak akan pernah sekejappun pejamkan mata lewatkan kebaikan, dan amalanmu. Semua tercatat di sisi-NYA. DIA akan menggantikan kedukaanmu dengan sesuatu yang jauh lebih berarti dan berharga dalam kehidupanmu kelak. Kalau kau rasakan dalamnya duka karena ujian perasaan yang menguras airmata, bukankah orang yang kau urus lebih menderita karena dia lebih tak berdaya mengurus dirinya sendiri? Bukankah dia lebih menderita karena merasakan sakitnya, dan tertekan mentalnya? Lantas dia tak tahu apa yang mesti diperbuatnya selain marah dan marah karena hadapi ke tidak berdayaannya. Ayolah saudaraku. Semangatlah!!! Karena hanya dengan semangatmu, orang yang kau kasihi akan menatap sisa hidupnya dengan optimis. Engkau sangat berarti buatnya.
*****

Saat begitu tajam pisau menorehkan luka di sukmamu, duka membelenggumu. Kau kehilangan orang yang seharusnya menjadi belahan jiwamu, pergi, lepas, ke belantara kehidupan yang menjadikan dia lupa begitu saja kalau masih ada dirimu. Atau saat kau kehilangan seseorang yang selama ini memberikan inspirasi hidupmu, berbagi keceriaan denganmu lewati hari –hari bahagia bersamamu, karena DIA telah meminta kembali apa yang telah DIA titipkan padamu, membuatmu serasa sendiri. Saat kau kehilangan siapapun dalam hidupmu, kehilangan ibumu, ayahmu, anak-anakmu, pasangan hidupmu, saudaramu, apapun yang jadikan mereka pergi darimu….

LAA TAHZAN….
(JANGAN BERSEDIH)
Engkau tidak sendiri, masih banyak orang-orang yang lebih menderita darimu, kehilangan orangtua, sanak-saudara,tempat tinggal, harta benda, kasih sayang, dalam waktu bersamaan. karena bencana telah menyapu dalam sekejap apa yang mereka punya. Hanya baju yang lekat di badan, dan penderitaan yang menyisakan trauma tak berkesudahan.

LAA TAHZAN…..
(JANGAN BERSEDIH)
Karena DIA akan memlimpahimu dengan Arrahman, Arrahim-Nya, karena DIA mengetahui rahasia hatimu, apa yang kau simpan dan apa yang kau nyatakan. DIA lah tempat yang paling aman, nyaman untuk mencurahkan segala rasa, tempat terkabulnya harapan dan doa. Tidak ada yang bisa memahami hatimu selain DIA.

******

Saat duka mengoyak, luka tertoreh di bathinmu,…..saat sedikit saja kau lakukan kesalahan, ternyata tak ayal, temanmu menjauhimu, meninggalkanmu. Seumpama gunung,seumpama lautan, seolah dosamu tak terampunkan. Padahal segalanya telah kau lakukan, telah kau tebar kata maafmu, telah kau sambung tali yang telah terputus.
Dan ….. saat duka mengoyak, luka tertoreh di jiwamu…….saat segala bencana, menyatu, menyeruak, membabi buta meluluh lantakkan rasamu. Dan tak seorangpun kau dapati sebagai tempat berbagi, teman dalam duka. Teman, sahabat, tak lagi datang menyapamu, semua pergi meninggalkanmu dalam kesendirian dan hampir-hampir membuatmu hilang asa. Belum lagi, fitnah dunia yg mesti kau hadapi.

LAA TAHZAN…..
(JANGAN BERSEDIH)
Tidak ada manusaia yang sempurna karena kesempurnaa itu hanyalah milik-NYA. Tidak ada satupun manusia yang ada di dunia ini, lepas dari satu dosa, satu kesalahan. Karena pada dasarnya, manusia adalah tempat kesalahan. Dan kaupun sudah cukup arif untuk meminta maaf atas kesalahanmu. (bukankah meminta maaf itu lebih berat daripada memberi maaf?) mereka tak rasakan pergolakan jiwamu, perang batinmu, kekuatan mentalmu untuk bisa ucapkan kata-kata itu dengan sedikit ketakutan akan tertolak. Bahkan kaupun telah meminta maaf untuk sesuatu hal tanpa kau tahu dimana letak salahmu. Atau…apa yang semestinya mereka lakukan padamu tapi kau justru melakukannya labih dulu. DIA Maha Tahu, DIA maha melihat dan mendengar perkataan baikmu.
DIA lah ALLAH yang mengetahui apa yang ada di langit dan yang ada di bumi, maha mengetahui segala rahasia hati, mengetahui apa yang engkau kerjakan. DIA yang maha mengampuni segala dosa, mengabulkan segala doa, menyembuhkan, menghidupkan dan mematikan.

LAA TAHZAN
(JANGAN BERSEDIH)
Meski engkau kehilangan orang-orang yang kau kasihi, bahkan kehilangan dirimu sendiri, (karena jangankan orang lain, diri sendiripun engkau tak mampu untuk menolak, bahkan memundurkan waktu meski hanya sedetik), andai Allah memintamu kembali.
Karena Allah tidak akan mengurangi sebutir pun timbangan kebaikan apa yang telah kau kerjakan selama hidupmu. Juga,karena “setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati….”(Q. S. Al Ankabut ; 57).

******

Di dalam hidup, manusia akan selalu diberi musibah dan ujian. Besar kecilnya ujian tergantung keimanan seseorang. Semakin besar iman, semakin besar pula ujian yang akan dia terima. Di samping, ALLAH akan menaikkan derajat orang yang diberi ujian.
Q.S. Al ankabut ; 2 :
Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan “kami telah beriman” dan mereka tidak diuji?”
Q.S. Albaqoroh ; 155-157 :
Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,”
“ (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka berkata “INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI ROJI’UN” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-NYA lah kami kembali).”

“ Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Q.S. At-Taghabun ;11
“ Tidak ada suatu musibahpun yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa beriman kepada Allah niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah maha mengetahui segala sesuatu.”
Q.S. Al Hadid ; 22 – 23 :
“ Setiap bencana yang menimpa di bumi dan ang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (lauh mahfudz) sebelum kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.”
“ Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-NYA padamu. Dan Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.” 



 ******

 
                                 ·            Tulisan ini aku buat ketika aku, keluargaku,saudara-saudaraku, sahabat-sahabatku, tengah ditimpa musibah terus-menerus. Aku tak ingin orang yang kukasihi dalam kesedihan. Di samping untuk menghibur diriku sendiri, aku ingin menghibur orang-orang yang kukasihi dengan sedikit berbagi. Aku terus berfikir, aku tak bisa berikan apa-apa, apa yang bisa kuberikan? Semoga apa yang tidak berarti ini bisa sedikit meringankan kesedihanku dan kalian.
                                 ·             Jika aku tengah bersedih, menghadapi masalah, aku suka membaca Surat Al insyirah (S. ke- 94).
                                 ·            25 Oktober 2010, Inna lillahi wa inna ilaihi rojiuun, Kini……kau telah menghadap-Nya, mendahului kami-kami….  Selamat jalan kakakku, kelak, kitapun akan menyusulmu. Hanya menunggu saat ………… Allah memanggil……..