Monday, June 6, 2011

TERNYATA MOZART TIDAK "NGEFEK"

IJIN COPAS KE WEBSITE SAYA YA :

Ternyata Mozart Tidak “Ngefek”
by Al Uswah on 4 Agustus 2010
rumahbunda.com :: Baru-baru ini saya dikagetkan oleh sebuah fakta baru penelitian bahwa ternyata musik klasik tidak memiliki pengaruh apapun terhadap kemampuan kognitif seorang anak.
Itu artinya, mendengarkan musik klasik tidak mencerdaskan anak sebagaimana yang selama ini kita tahu. Selama lebih dari 15 tahun, kita terkecoh oleh publisitas yang banyak membesar-besarkan tentang musik klasik yang dapat memacu kecerdasan seorang anak. Dulu, sebelum saya mengenal banyak keajaiban Al-Qur’an, saya cenderung memegang pendapat bahwa musik klasik dapat merangsang perkembangan otak janin dan mencerdaskan anak. Tapi, beberapa tahun kemudian, saya mulai berpikir, jika mozart yang ciptaan manusia saja bisa mencerdaskan anak, maka tentu Al-Qur’an yang merupakan mukjizat yang telah Allah berikan kepada kita ini lebih dapat mencerdaskan anak.
Dan ternyata itu benar.
Beberapa orang peneliti dari University of Vienna, Austria yakni Jakob Pietschnig, Martin Voracek dan Anton K. Formann dalam riset mereka yang diberi judul “Mozart Effect” mengemukakan kesalahan besar dari hasil penelitian musik yang melegenda ini.
Pietschnig dan kawan-kawannya mengumpulkan semua pendapat dan temuan para ahli terkait dampak musik Mozart terhadap tingkat intelegensi seseorang kemudian mereka membuat riset terhadap 3000 partisipator. Hasilnya ternyata sangat mengejutkan! Berdasarkan penelitian terhadap ribuan partisipator itu, Pietschnig dan rekan-rekannya menyimpulkan bahwa tidak ada stimulus atau sesuatu yang mendorong peningkatan kemampuan spasial seseorang setelah mendengarkan musik Mozart.
Senada dengan Jacob Pietschnig dan kawan-kawannya, sebuah tim peneliti Jerman yang terdiri atas ilmuwan, psikolog, filsuf, pendidik, dan ahli musik mengumpulkan berbagai literatur dan fakta mengenai efek mozart ini. Mereka mengemukakan bahwa sangat tidak mungkin mozart dapat membuat seorang anak menjadi jenius.
Penelitian terbaru ini membantah habis-habisan hasil riset psikolog Frances Rauscher dan rekan-rekannya di University of California pada tahun 1993 yang mengemukakan bahwa musik Mozart ternyata dapat meningkatkan kemampuan mengerjakan soal-soal mengenai spasial.
Wow…padahal, selama ini kita sudah terlanjur percaya pada legenda musik klasik ini, ya?
Back to Al-Qur’an
Berbeda dengan Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah mukjizat yang telah Allah jamin kemurniannya hingga hari kiamat kelak. Ada banyak kemuliaan dan kebaikan yang ada dalam Al-Qur’an. Salah satunya adalah Al-Qur’an dapat merangsang perkembangan otak anak dan meningkatkan intelegensinya.
Setiap suara atau sumber bunyi memiliki frekuensi dan panjang gelombang tertentu. Nah, ternyata, bacaan Al-Qur’an yang dibaca dengan tartil yang bagus dan sesuai dengan tajwid memiliki frekuensi dan panjang gelombang yang mampu mempengaruhi otak secara positif dan mengembalikan keseimbangan dalam tubuh.
Bacaan Al-Qur’an memiliki efek yang sangat baik untuk tubuh, seperti; memberikan efek menenangkan, meningkatkan kreativitas, meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan kemampuan konsentrasi, menyembuhkan berbagai penyakit, menciptakan suasana damai dan meredakan ketegangan saraf otak, meredakan kegelisahan, mengatasi rasa takut, memperkuat kepribadian, meningkatkan kemampuan berbahasa, dsb.
Pada asalnya, milyaran sel saraf dalam otak manusia bergetar secara konstan.  Sel ini berisi program yang rumit dimana milyar sel-sel di sekitar berinteraksi dalam sebuah koordinasi yang luar biasa yang menunjukkan kebesaran Allah.
Sebelum bayi lahir, sel-sel otaknya mulai bergetar berirama secara seimbang. Tapi setelah kelahirannya, tindakan masing-masing akan mempengaruhi sel-sel otak dan cara mereka bergetar. Jadi jika beberapa sel otak tidak siap untuk mentoleransi frekuensi tinggi, ini dapat menyebabkan gangguan dalam sistem getar otak yang pada gilirannya menyebabkan banyak penyakit fisik dan psikologis.
Seorang peneliti bernama Enrick William Duve menemukan bahwa otak bereaksi terhadap gelombang suara tertentu. Dan gelombang tersebut dapat berpengaruh secara positif dan negatif. Ketika beredar informasi bahwa musik klasik berpengaruh terhadap perkembangan otak manusia, banyak kalangan menggunakan musik klasik sebagai obat terapi.
Tapi, Al-Qur’an tetaplah obat yang terbaik. Terapi dengan Al-Qur’an terbukti mampu meningkatkan kecerdasan seorang anak, menyembuhkan berbagai penyakit, dsb. Ini dikarenakan frekuensi gelombang bacaan Al-Qur’an memiliki kemampuan untuk memprogram ulang sel-sel otak, meningkatkan kemampuan, serta menyeimbangkannya.
Satu lagi, Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab, yakni bahasa yang memiliki nilai sastra yang tinggi, dan bahasa nomor satu yang paling sulit untuk dipelajari. Kita tahu, bahwa tidak ada satupun dari kita yang mampu menandingi keindahan bahasa Al-Qur’an. Namun, tahukah Anda, bahwa ternyata jika kita mampu berbahasa Arab dapat memudahkan kita untuk menguasai bahasa asing lainnya?
Anak-anak yang terbiasa membaca Al-Qur’an disertai dengan memahami maknanya, ternyata memiliki kemampuan berbahasa yang lebih baik daripada anak-anak lain. Bahkan meski bahasa tersebut masih asing, ia tidak membutuhkan waktu yang lama untuk kemudian menguasainya, insya Allah.
Adik saya yang kedua, Alhamdulillah, adalah seorang hafidz (penghafal Al-Qur’an). Ia berhasil menyempurnakan hafalan 30 juz hanya dalam waktu 1,5 tahun saja. Dulu, sebelum ia menghafal Al-Qur’an, kemampuannya biasa-biasa saja. Pintar, tapi bukan juara kelas. Tapi, setelah ia mulai menghafalkan Al-Qur’an, kecepatan belajar, kecepatan menghafal, serta kemampuannya menganalisis segala sesuatunya berubah drastis. Sangat pesat, subhanallah. Ia mengalahkan teman-teman yang dulunya berada di atasnya. Bahkan, saat ia harus mengikuti lomba tafsir Al-Qur’an dengan bahasa Inggris tingkat propinsi DIY pun, ia berhasil menyabet juara kedua. Padahal, sebelumnya, kemampuan bahasa Inggrisnya pas-pasan. Tapi, kemampuannya menyerap berbagai informasi memudahkannya dalam berbagai hal.
Janin usia 7 bulan sudah dapat merespon suara-suara di sekitar ibunya. Nah, untuk itulah, penting bagi ibu hamil untuk banyak-banyak memperdengarkan Al-Qur’an kepada janinnya. Kita tidak mengharapkan mereka mengerti dan memahami apa yang kita baca. Namun, membiasakannya mendengarkan Al-Qur’an sejak dalam kandungan, membantunya untuk tumbuh dengan intelegensi tinggi, kemampuan berbahasa yang baik, dan kepribadian yang baik pula.
Dari berbagai sumber.
————————–
Inilah hikmah membaca Al-Qur’an. Pada akhirnya, kita ‘dekati’ Al-Qur’an sebagai ibadah kepada Allah Ta’ala

Sunday, June 5, 2011

MASIH TERLALU DINI


 
Masih terlalu dini sayangku, untuk mengatakan bahwa engkau telah menancapkan dan mengibarkan bendera sebagai buah dari kemenangan besar. Dari kata-katamu saja,  memunculkan satu bentuk kearoganan. Belum! Belum saatnya kau katakan itu sayangku……
Perjalananmu masih sangat panjang,  belum seumur jagung engkau menapaki hidupmu. Kalau sekarang engkau menjadi prince/princess dalam kebahagiaan, itu bukan sesuatu yang hakiki , dalam hidup ini, tidak akan ada kebahagiaan yang hakiki, …. Tidakkah engkau takut atas kesombongan yang telah engaku ikrarkan????
Jangan terlalu tergesa mengatakan bahwa inilah akhir dari segalanya, inilah happy ending, atau….inilah hasil usaha yang telah kau raih karena hasil usahamu sendiri…atau kemenangan karena  kebenaran ada dipihakmu. Justru ini adalah langkah awalmu, baru langkah awal…..Jangan dulu kau kibarkan bendera kesombongan.
Kalau selama ini engkau merasa tersanjung dengan posisimu sebagai ratu dan raja dalam kebahagiaan….itu hanyalah setitik noktah fakta, bahwa anak yang telah engkau kandung, yang telah engkau lahirkan ke dunia telah memberikan rizki pada kalian berdua seperti yang  telah Allah janjikan. Karena dulupun aku pernah mendapatkannya di saat usia perjalananku sama dengan usiamu yang sekarang. Di saat itu kami dapatkan kebahagiaan yang bertumpuk-tumpuk, anak, rizki, karir, rumah tangga, semuanya….meski tanpa harus melalui jalan seperti yang engkau lalui saat ini.
Sayangku….Bukankah Allah telah janjikan fasilitas itu, ketika kita mengarungi bahtera rumah tangga, terlebih ketika Allah menitipkan anak pada kita???
Tapi itu tidak berarti kemenangan. Harta, karir, anak, dsb, adalah kesenangan dunia. Semua hanyalah titipan. Kesenangan dan penderitaan , adalah ujian, jadi bukan kemenangan sayangku….Adakah dengan kesenangan dan kebahagiaan yang Allah berikan, bisa mendekatkan diri, memaksimalkan rasa bersyukur kita pada-Nya atau justru sebaliknya???Ataukah dengan penderitaan, kesengsaraan tidak menjauhkan kita dari-Nya? Apakah dengan penderitaan itu kita ikhlas menerima itu sebagai bagian dari ujian?
Sesungguhnya harta dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu). (QS. At-Taghabun [64] : 15
Ketika seseorang, sedang mendapatkan kemewahan dan kesenangan kehidupan dunia, maka sangat diperlukan kesabaran dari memperturutkan kesenangan dan kemewahan hidup tersebut, kenapa? Sebab, itu merupakan salah satu bentuk lain dari ibtila (ujian), ujian dengan kesenangan dan kemewahan.
 “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan.”  Q.S.Al-Anbiya [21] : 35
Allah menjadikan kesenangan dan kemewahan sebagai ibtila (ujian) seperti halnya kesengsaraan/kemiskinan.Dan setiap mukmin memerlukan kesabaran dari kesenangan dunia, agar tidak terlepas nafsunya mengikuti syahwat. Syahwat pada dunia yaitu kepada wanita, anak, kemewahan, kedudukan, dsb.  jika kita tidak bisa mengendalikan nafsu, maka pasti kita akan terseret kepada sikap sombong, menolak kebenaran dan melampui batas.

Tahukah sayangku? Sebagian ulama bijak mengatakan, bala (kesengsaraan) itu masih bisa disabari oleh orang Mukmin, tetapi kesenangan?? jarang sekali dapat disabari kecuali oleh orang yang mempunyai tingkat shiddiq.

Bahkan dikatakan, sabar terhadap kesenangan itu lebih berat daripada sabar terhadap bala (kesengsaraan). Ketika pintu-pintu dunia dibukakan kepada para sahabat, sebagian mereka berkata, “Kami sudah dicoba dengan kesengsaraan lalu kami-pun bersabar, tetapi ketika kami dicoba dengna kesenangan dan kemewahan, maka kami tidak dapat bersabar”.

Imam al-Gazali berkata, “Sabar terhadap kesenangan itu lebih berat, karena disertai adanya kemampuan. Orang yang lapar ketika tidak ada makanan, lebih dapat bersabar ketimbang ketika terhidang dihadapannya makanan-makanan lezat dan mampu melakukannya. Oleh karena itu sayangku, cobaan kesenangan itu lebih berat”. (kukutipkan ini dari sebuah tulisan sayangku…)


Aku sedikit mengernyitkan dahiku. Jadi….selama ini tidak merasa dirikah seseorang dengan kesalahannya, lalu mendapatkan apa yang semestinya dia dapatkan? Ya Rabb, betapa naifnya. Bukankah kita harus sportif sayangku? Islam mengatakan yang hak adalah hak, yang bathil adalah bathil. Ditengah-tengahnya adalah abu-abu atau kesamaran. Jika kebathilan yang telah kita lakukan, bersegaralah memohon ampunan-Nya, itulah sebaik-baik insan, bukan malah dengan keangkuhan engkau mengikrarkan diri bahwa dari kesalahan orang engkau menjadi seperti sekarang?
Jadi sayangku,….. bijak-bijaklah menyikapi. Jangan sampai di saat engkau terjatuh, engkau mengaduh dan sakit seraya berucap “Tuhanku menghinakanku!”
“Adapun manusia apabila Rabbnya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata : “Rabbku telah memuliakanku.” Tetapi bila Rabbnya mengujinya lalu membatasi rizki , maka dia berkata : “Rabbku menghinakanku”. (QS. Al-Fajr [89] : 15-16)
Sekali lagi, masa depanmu masih panjang. Engkau tidak akan pernah tahu perjalanan-perjalananmu berikutnya, kemanakah engkau akan singgah?  Sebab itu adalah bagian dari takdir yang tidak akan mampu kita lihat sebelumnya, yang tidak akan bisa kita tahu.
Engkau tidak akan pernah tahu andai didepanmu ada bongkahan batu besar atau sekedar kerikil-kerikil tajam yang berserakan, yang akan menusuk-nusuk kakimu, yang menyebabkan kakimu terluka dan berdarah-darah. Sekali lagi, apa yang terjadi adalah sudah menjadi ketetapan dan takdir Allah yang akan terjadi pada makhluknya.Dan itu semua sudah tertulis jauh sebelum engkau ada di fana kehidupan ini.
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz). (Q.S.Al-Maidah ayat 59).
 Hidup, apapun bentuknya adalah ujian. Kebahagiaan adalah sementara, penderitaan adalah sementara. Kita sekedar mampir untuk mereguk air dahaga.  Akhirat adalah tujuan dan kemenangan kekal, sayangku.
Satu lagi kukutipkan  ayat fafouritku untukmu, dan utamanya untukku sendiri sebagai bentuk penggambaran bahwa sebenarnya semua telah tertulis. dan ketika kita menerima ujian kesengsaraan kita tak perlu terlalu bersedih karenanya, dan ketika kita menerima ujian kesenangan kita pun tak perlu terlalu sombong dan membanggakan diri karenanya pula.
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lohmahfuz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah” Q.S. Al-Hadid [57] : 22
“(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,” Q.S. Al-Hadid [57] : 23

Friday, June 3, 2011

INSYA ALLAH

Insya Allah = Jika Allah berkehendak.
Q.S. Al kahf ayat 23 dan 24 :
“Dan janganlah sekali-kali kamu mengatakan sesuatu : sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi” kecuali (dengan menyebut) Insya Allah. Dan ingatlah kepada Tuhanmu. Jika  kamu lupa dan katakanlah : “mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini.” (Q.S. Alkahf : 23- 24)
Asbabun Nuzul dari ayat ini :
Menurut riwayat, ada beberapa orang suku Qurays yang bertanya kepada Rasulullah Salallahu alaihi wasalam tentang roh, kisah Ashabul kahfi (penghuni gua) dan kisah tentang Zulkarnain. Lalu beliau menjawab secara tergesa-gesa “ datanglah besok pagi kepadaku agar aku aku ceritakan”.
Pada waktu itu Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam tidak mengucapkan “Insya Allah” (Jika Allah menghendaki). Ternyata keesokan harinya wahyu terlambat turun kepada Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam sehingga Rasulullah tidak bisa menjawab persoalan-persoalan yang dikemukakan.
Turunnya ayat ini adalah sebagai teguran dan pelajaran bagi Rasulullah SAW. Allah mengingatkan bilamana Rasul lupa menyebut Insya Allah maka haruslah segera menyebutkannya kemudian.
Kita tidak tahu apa rencana Allah  dan apa yang akan terjadi pada diri kita. Bisa saja ketika  pagi kita berjanji pada seseorang, malamnya Allah mencabut nyawa kita, akankah kita bisa memenuhi janji kita?
Jika Allah berkehendak, berarti Allah pada hari yang kita janjikan, memberi kesehatan kepada kita, kita tidak uzur, ada waktu untuk menunaikannya  atau bisa juga kita tidak sedang ada urusan lain yang lebih bersifat urgent, maka Allah berkehendak supaya kita memenuhi janji kita. Jika Allah tidak berkehendak, itu artinya kebalikan dari yang telah dijelaskan di atas.
Jadi, ketika kita berjanji pada seseorang dan kita mengucapkan kata Insya Allah, berarti 90 persen lebih kita berusaha untuk memenuhi dan menunaikan janji kita . Bukan kurang dari 50 persen  atau bahkan kurang lagi dari itu, seperti persepsi orang selama ini. Bahkan kadang ketika kita mengatakan insya Allah, seseorang tetap memaksa, “iya, tapi jadi datang tidak?” seseorang itu maunya kita mengatakan pasti. Padahal kepastian itu hanyalah milik Allah Subhanallahu Ta'ala.
Wallahu A’lam bisawwab.

Thursday, June 2, 2011

ES-EM-ES

Aku teringat kala itu aku mengatakan sesuatu.
“Kenapa sih orang-orang itu masih saja bisa ditipu?” kataku.
“Sudah jelas-jelas tidak pernah kirim undian berhadiah, masa dibilang dapat hadiah begitu saja percaya.” Lanjutku setengah emosi.
Aku mengcapkan kata-kata itu ketika salah seorang tetanggaku bilang ke kakakku mau pinjam uang buat membayar pajak karena dapat hadiah motor. Dia janji mau mengembalikan uangnya kalau motor sudah ada di tangan.
“Itu sms Cuma menipu, memangnya dia jelas-jelas mengirim undian berhadiah atau sms?” tanyaku pada kakakku.
“Katanya sih enggak…”
“ Ya sudah, coba deh jelasin ke dia mbak Ita, itu uang ga bakalan deh kembali.” Kataku lagi.
“aku ga bakalan percaya hal begituan. Ga masuk akallah, apalagi nyata-nyata ga pernah aku yang namanya kirim quiz, segala macam.” Astaghfirullahal adziim….aku kelepasan bicara waktu itu…. Aku benar-benar tak sadar atas ucapanku.Tak ada tersirat sedikitpun rasa ingin sombong. Tapi begitulah, kata-kata itu begitu saja meluncur dari mulutku.
Sebulan berlalu. Pagi itu aku aku dapat sms kalau aku dapat hadiah dari telkomsel. Kebetulan nomor hp yang kupakai nomornya keluaran telkomsel. Si pengirim sms gelap itu  menulis, kalau kita tak perlu mengeluarkan uang apapun. Terus dibawah pesan itu tertulis,TELKOMSEL.
Aku memang tidak percaya begitu saja sms itu. Tapi rasa penasaran terus menggelitikku. Akhirnya rasa penasaran itu mendorongku untuk menelpon nomor yang tertera di situ yang dia bilang sebagai nomor telkomsel pusat. Sebenarnya rasa penasaranku bukan karena iimg-iming hadiah itu. Tapi rasa iseng ingin tahu siapa dibalik scenario sms itu dan apa maunya dia sebenarnya?....
Aku coba hubungi nomor itu. Tapi,….setelah itu…aku benar-benar tidak menyadari apa yang tengah terjadi pada diriku. Aku terseret semakin dalam pada arus pembicaraan orang asing yang samasekali tak kutahu.
“Ibu, kami tidak memungut biaya sepeserpun, hati-hati dengan tipuan bu, masa dapat hadiah kok disuruh bayar dulu? Nanti kalau ada pihak kami yang meminta biaya tetek bengek segala, jangan ibu kasih. Ibu tinggal ambil hadiahnya dan menunjukkan tanda bukti diri”. katanya penuh simpati.Coba sekarang ibu ke ATM terdekat”, katanya lagi.
Aku seperti kerbau yang dicucuk hidung, mengikuti apa saja maunya. Herannya, biasanya aku kemana-mana bawa mobil sendiri, kali ini karena mobilku masuk bengkel, dia minta aku naik becak, aku ikuti saja maunya. Masih sempet-sempetnya orang di seberang itu bicara.
“ Ibu sama siapa?”
“ Sendiri” jawabku.
Padahal waktu itu aku bareng kakakku. Aku minta anter dia supaya kalau ada apa-apa dia bisa mengingatkaknku. Setelah itu, Orang tsb menuntunku melakukan transaksi. Tanpa sadar, mulutku, malah sengaja mengeja PIN ku satu-satu. Sesuatu yang tidak mungkin kulakukan, jika aku dalam keadaan waras. Betapa bodohnya aku! Aku masuk ke dalam perangkap mereka. Setelah aku melakukan transaksi semua sampai selesai…beres…kakakku tiba-tiba mengingatkanku. “ Coba kau cek isi rekeningmu lagi, “ ujarnya. “Jangan-jangan dia menipu.”
Aku coba balik lagi ke mesin ATM. Lalu….aku cek isi rekeningku. Astaghfirullah…..isi tabunganku Cuma disisakan 35 ribu rupiah????Tapi sampai detik itupun aku belum sadar juga apa yang ter jadi padaku.  Sepertinya aku terkena hipnotis. Kakakkulah yang menyadarkanku kalau uangku rahib, hilang. Uang sebanyak itu…. Kata dia melongo. Tapi aku malah tertawa. Tak ada tersirat sedikitpun kesedihan. Aku segera ke Bank tedekat untuk memblokir rekeningk, tapi..sudah terlambat. Jadi kututup saja sekalian.
Sesampai di rumah, ramai aku dikerumuni saudara-saudaraku. Malah ada yang nangis. Aku diam, terpekur. Astaghfirullahal adziim apa artinya semua ini? Terlintas ucapan-ucapanku yang baru sebulan aku ucapkan. Aku menyadari bahwasanya kita samasekali tidak boleh berkata sombong. Seolah kita telah terlepas dari suatu masalah yang nyata-nyata di otak kita tidak akan mungkin kita bisa terjebak. Tapi nyatanya???.... kalau Allah berkehendak…apapun bisa terjadi. Allah menegur kita, Allah mengingatkan kita bahwasanya setiap saat kita seharusnya memohon perlindungan-Nya. Karena tidak ada daya dan kekuatan kita yang lemah ini, kita hanyalah manusia biasa, kecil, tak berdaya tanpa kekuatan dari Allah aza wa jalla. Kekuatan itu hanya milik-Mu ya Allah. LAA KHAULA WALA KUWWATA ILLA BILLAHIL ‘ALIYIL ADZIIM”……..

Catatan : bentuk-bentuk penipuan via sms ini dulu pernah marak, mereka tidak hanya seorang saja tapi berkomplot. hati-hati. Bahkan ada yang bentuknya dengan menyuruh korban membeli kartu isi ulang/voucher sebanyak-banyaknya. Dan penipu-penipu itu mendompleng nama-nama yang tidak asing di telinga kita, misalnya "telkomsel", seperti pada kisah di atas.

Sunday, May 15, 2011

 
( Ketika dalam kegalauan hati terciptalah apa yang semestinya tercipta, (coretan tanganku). Ketika apa yang seharusnya terjadi, maka terjadilah. Kerana semua telah tertulis di lauh mahfudz).
Harta adalah ujian
Suami adalah ujian
Anak adalah ujian
Teman adalah ujian
Pembantu adalah ujian.

Dimana tak ada lagi persahabatan
Dimana tak ada lagi persaudaraan
Dimana tak ada lagi keseimbangan
Segalanya menjadi timpang.

Inikah tanda kan berakhirny  masa…??

Hidup seluruhnya adalah ujian
Mati adalah perhitungan.

Ya Allah, kutanggalkan cinta fi dunya
Dan hanya kepada-Mu seluruh cinta, hidup dan matiku
berikan…
Jemputlah aku kerana kebahagiaan bersua dengan-Mu
Tidak kerana dalam keputus asaan.
Aku rindu bertemu wajah-Mu ya Rabb.

Medio mei.....

Tuesday, May 10, 2011

Di Mata Allah Kita Sama

 Wednesday, December 30, 2009 at 7:20am

Tidak masalah bagaimana orang lain menilai diri kita baik atau buruk. Karena pada dasarnya penilaian yang paling akurat adalah hak perogratif Allah. Ibarat buah, orang sebenarnya tahu kulitnya saja. Jika seseorang yang sudah mematok nilai bahwa orang dari suku/ bangsa tertentu, pasti perangainya akan begini dan begitu, meskipun kita telah berupaya berbuat sebaik-baiknya di depan orang tsb, di mata orang yang sudah menilai buruk kita, tetap saja kita negatif.Karena orang tsb sebenarnya telah menanamkan nilai-nilai negatif terlebih dulu di otaknya.

Ada pepatah, siapa yang akan menanam dia pula yang akan memetik hasilnya. Kenapa kita mesti susah payah menganggap seseorang begini dan begitu? Toh dari apa yang seseorang tanam itu, bukan orang lain, atau bahkan diri kita yang akan memetik hasilnya. Tapi orang yang menanam itu sendirilah yang akan memetiknya.

Belum tentu dengan kita menganggap diri kita lebih baik, misalnya menganggap diri tidak suka berpura-pura, apa adanya, lantas orang lain menganggap pula kita seperti penilaian diri kita sendiri. Kadang kita terlalu naif. Maunya dianggap baik, bicara apa adanya, tidak bisa berpura-pura, di depan/ di belakang ya begini adanya, dsb..dsb. Sementara kita menuduh si fulan itu penuh basa-basi dan kepura-puraan. Di luar halus, di belakang sebaliknya. Apalagi orang sering menghubung-hubungkannya dengan suku/bangsa.

Seperti kata pepatah " gajah di pelupuk mata tak tampak, kuman di seberang lautan..... bukan tampak lagi....(he..he..he malah keliatan gedeee...habis pake teleskop..). Itu artinya kita merasa seolah-olah tahu kelakuan orang. Tapi tidak pernah tahu kelakuan sendiri.

Suatu ketika aku pernah punya teman si A. Aku biarkan dia sibuk dengan penialiannya tentang diri sendiri yang katanya begini dan begini. Tapi kemudian tanpa sadar dia lanjut...menilai temanku si B. "Ah, dia mah kelihatannya saja baik diluar tapi dibelakangnya, mana kita tahu? maklum orang.... bla...bla...bla... kan emang begitu?" katanya. (dia menyebut suku/bangsa asal si B). Anehnya,tak lama sesudahnya,si C temanku yang lain mengatakan hal yang sama persis apa yang telah A lontarkan terhadap si B. Tentu saja, kata-kata itu ditujukan pada si A.

Astaghfirullahal adziim...Bukankah itu sama saja artinya? ketika diri kita terlalu pe- de menilai baik diri sendiri dan menilai orang lain sebaliknya, ternyata penilaian orang lain terhadap kita pun bisa jadi sama seperti yang kita lontarkan ke orang.

Kalau kita tidak mau orang menilai kita jelek, janganlah mulai membuka perang. Artinya jangan kita melontarkan lebih dulu kata-kata yang bisa membuat merah telinga orang. Tapi ucapkanlah kata-kata yang diridhoi Allah. Bukankah Allah dan Rasulnya juga menuntun kita supaya berbuat dan berkata-kata baik? Kalau kita menerima kebaikan seseorang, balaslah dengan kebaikan pula. Jika kita dijahati seseorang maka bersabarlah. Karena bersabar itu lebih baik. Dan perlu kita tanamkan dalam hati bahwa semua orang,suku,dan bangsa yang ada di dunia inii, yang pendek, yang tinggi, yang hitam/putih, yang kaya/miskin, di hadapan Allah adalah sama. Yang membedakan hanyalah ketakwaan kita. Dan sekali lagi, orang yang menanam, dia pulalah yang akan memetik hasilnya. Jadi pikirkan diri sendiri bagaimana harus berbuat kebaikan dan jangan pikirkan apa yang orang lain akan lakukan.

*************

Yang benar datangnya dari Allah, yang salah semata-mata dari yang menyampaikan.
Tulisan ini kutujukan untuk diriku sendiri. Supaya diri ini lebih bijak dan berhati-hati dalam bersikap. Karena sebagai manusia kita sering terpeleset lidah. Mohon maaf jika ada salah-salah.

Laki-laki Dan Kimar






Pada suatu hari ada seorang laki-laki dan anaknya tengah berjalan kembali dari suatu perjalanan menuju kampung, dimana mereka tinggal. Mereka membawa seekor khimar. Sang anak berjalan di samping bapaknya sementara tangan sang bapak memegang tali yang mereka ikatkan di leher sang khimar.
Tiba di suatu perkampungan, mereka melalui sekerumunan orang. “Afwan,” kata si bapak permisi, melewati kerumunan itu. Belum seberapa jauh mereka melewati kerumunan itu, sayup-sayup terdengar suara orang berbicara kepada yang lainnya, ; ”Aneh benar orang itu, bawa khimar, bukannya dinaiki malah dituntun.” Katanya.

Mendengar itu, laki-laki itupun berhenti sejenak . Dia berfikir, betul juga apa yang orang katakan . Laki-laki itu merasa mendapat ide bagus.Akhirnya, naiklah bapak dan anak di punggung khimar meneruskan perjalanan . Di tengah-tengah perjalanan, setelah melalui perkampungan demi perkampungan, mereka bertemu dengan seseorang.“ Wahai fulan, mau kemanakah kalian? apa kau tak kasihan melihat khimar yang kalian naiki terengah-engah kelelahan?”

Mendengar teguran itu, laki-laki tsb merasa gusar, lalu berhentilah mereka di suatu tempat untuk sejenak istirahat. Diberinya khimar itu air minum sebelum mereka melanjutkan perjalanan. Setelah itu dia naikkan anaknya di punggung khimar, sementara dia sendiri berjalan mengikuti langkah-langkah kaki sang khimar.

Untuk kesekian kalinya ditengah perjalanan mereka berpapasan dengan seseorang yang menyapa mereka :
“Hai fulan, mau kemanakah gerangan?”
“Kami mau pulang kerumah, rumah kami di seberang bukit itu aki”
“Bagus. Tapi nak, mengapa kau tega biarkan ayahmu berjalan menuntun khimar sementara engkau dengan enaknya duduk di atas punggung khimar? Hai fulan, jangan biarkan anakmu berlaku tidak sopan padamu!”
Mendengar itu sang anakpun malu. Lalu dia turun dan meminta bapaknya yang menaiki khimar, sementara dia berjalan di samping khimar, menggantikan posisi ayahnya tadi.

Jarak kerumah pun makin dekat, tapi… begitulah, di tengah perjalanan, mereka pun kembali bertemu lagi dengan sekerumunan orang yang tengah berbisik membicarakan mereka. “Aih,…tega benar itu si bapak. Tak punya perasaan, dia biarkan anaknya jalan, sementara dia sendiri duduk enak.”
Akhirnya, sang bapak pun turun dari punggung khimar. Masih beruntung dia, dari kejauhan rumah mereka sudah mulai nampak. Mereka berdua berdiskusi sejenak, dan akhirnya, mereka ikat kaki sang khimar.Mereka memutuskan untuk memanggul khimar sampai tujuan. Orang yang melihatnya hanya bisa geleng-geleng kepala. Mereka memandang tak ada bedanya antara laki-laki itu dengan khimarnya. Ck…ck…ck…


Sebuah catatan untuk kurenungkan :
• Ceritaku yang sederhana ini...adalah gambaran seseorang yang tidak punya pendirian, tidak punya prinsip. Kemana arah angin dia mengikuti. Sampai akhirnya diri sendirilah yang akan merugi di akhir perjalanan hidupnya.Kalau kita berpegang pada 2 hal yang sudah jadi pegangan hidup kita, dan tetap istiqomah di jalan-Nya, Insya Allah kita tidak akan menjadi orang yang mudah terombang ambing. Doaku, semoga aku bisa istiqomah. Amiin…
Muscat, Jum’at 12 February 2010


Tuesday, April 19, 2011



SANG PIAWAI
Ini sekedar cerita  sambil lalu saja. Barangkali dari cerita sekedarnya,  numpang lewat, ada hikmah yang bisa kita petik di dalamnya. Sebut saja Pak Irfan namanya, beliau seorang yang sangat smart di bidangnya. Gelar Engineer diraihnya dari sebuah Institut yang sudah tersohor dan terkemuka di negrinya, yang telah menelorkan para experties yang canggih. Dengan usianya yang relatif masih sangat muda dan kepiawainnya, beliau mulailah perantauannya. Awalnya ke sebuah Negara di Middle East. meski tidak di Oil Company sebagaimana biasanya, tapi untuk awal karir,  sudah bisalah dibilang sukses.
Sebut saja Perusahaan X namanya. Beliau berkiprah di perusahaan itu karena ajakan salah seorang bossnya, seorang direktur, yang tengah ditunjuk bertugas di wilayah itu. Subhanallah….seiring dengan perjalanan waktu, beliau dipindah tugas ke Negara sekitar Middle East lainnya. Di sana, bertemulah beliau dengan atasan barunya, Mr Zee. Di tempat baru inilah, pak Irfan akhirnya membawa sang istri yang baru dinikahinya setahun ini. Istrinya bekerja di….ex perusahaan ternama pula di negara asalnya. Usianya masih sangat belia.
Begitu menginjakkan kaki di negara yang terasa masih sangat asing inilah, di saat tak ada seorangpun yang dikenalnya, mereka berkenalan dengan keluarga Mr ZEE yang dalam hal ini adalah atasannya. Kemana-mana , istri Mr ZEE yang tak pernah memandang orang lain sebagai atasan atau bawahan, mengantar istri pak Irfan. Keluarga Mr ZEE tak pernah merasa keberatan untuk menolong dan membantu siapapun. Moment itu pun tak terlewatkan. Hari-hari kebersamaan antara keluarga beliau dan keluarga Mr ZEE, terutama istrinya yang sudah saling dekat, bahkan sudah dianggap seperti keluarga sendiri. Suatu pemandangan yang jarang terlihat sebenarnya, apalagi di kehidupan yang sudah sangat masing2. Plus, di luar negri. Tapi begitulah, indahnya persaudaraan. Yang jarang, bukan berarti tak ada.
 Sayangnya, perangai pak Irfan  yang masih sangat muda dan cerdas itu tidak seperti kelihatannya. Jika bertandang kerumah Mr ZEE, atau kadang……ketika menjemput sang istri tercinta yang tengah rebahan atau bercengkrama dengan keluarga Mrs ZEE, Mrs Zee mendapati wajah suami  Shanty, pak Irfan….kelihatan sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan. Atau mungkin…….. ini hanya perasaan wanita saja. Biasa, terkadang wanita suka melebih-lebihkan perasaannya. Entahlah, di mata Mrs Zee sepertinya beliau kikuk,  dan tak ada senyum-senyumnya. Kaku sekali dalam bersikap. Padahal Mrs. ZEE sudah berusaha  seramah mungkin bersikap sebagaimana layaknya orang tua terhadap anak, bukan atasan terhadap bawahan seperti yang selama ini biasa terjadi. Itu semua karena kesederhanaan istri  Mr ZEE.
Sampai suatu ketika terungkaplah bahwa sang cerdik cendekia pak Irfan,  ternyata ketika bekerja, beliau seringkali korupsi waktu. Artinya, ketentuan jam yang berlaku semisal dari jam 8 pagi sampai 4 sore, ternyata pada prakteknya beliau seringkali berangkat jam 10. Dan sebelum waktunya pulang beliau sudah pulang dulu.  Dengan entengnya, beliau mengatakan : “ Aku kan bekerja bukan ntuk perusahaan, bukan untuk Mr ZEE  tapi untuk sang direktur yang membawaku”. Dan beliaupun tidak merasa bersalah karenanya. Jadi, beliau merasa berhak untuk tidak mengikuti peraturan perusahaan ataupun tidak mematuhi Mr.ZEE.
Mr ZEE adalah orang yang lugu, meski sedikit emosional dan agak keras wataknya tapi beliau tidak pernah berprasangka buruk. Dan begitulah, akhirnya terbuka aib sang cerdik cendekia, fitnahnya pada Mr ZEE sudah menyebar kemana-mana. Ternyata orang yang se ‘smart’ dan semuda beliau, plus seorang laki-laki, telah menebarkan angin perseteruan dengan menjelek-jelekkan nama atasannya, Mr Zee. Naudzubillahi min dzalik. Sesuatu yang tak sepantasnya dilakukan orang yang tinggi ilmunya……..Dan makin terbukalah, ternyata tak satupun teman dari lingkungan kerjanya yang menyukainya……
Dengan sangat emosional,  Mr Zee, akhirnya me ‘resign’ pak Irfan. Sesuatu yang sebenarnya tak perlu terjadi. Tapi begitulah dunia kerja. Sulit difahami. Mengapa Mr. Zee tidak memasrahkan penilaiannya saja pada Rabb sang pencipta? Mengapa…..mengapa…..? Bukankah hal itu justru akan mengurangi dosanya? pertanyaan-pertanyan itulah yang  menggelitikku  sebagai  penonton dalam hal ini.   Aku tak ingin berkomentar.  Tak semudah itu untuk berjiwa besar……
Sang istri tidak  tahu menahu ada masalah apa kok tiba-tiba pak Irfan pulang ke negerinya? Akhirnya setelah lama berselang kejadiannya, dari mulut Mr Zee meluncurlah pengakuan. Bahwa dialah yang me ‘resign’ sang piawai itu. “kenapa harus sesaklek itu pi?” kata istrinya. “Adik tidak tahu apa yang dilakukannya, sebatas yang adik tahu. Kesalahannya sudah tidak bisa ditolelir, bukan hanya padaku tapi juga pada perusahaan ini. “ kata mr Zee pada istrinya. “ Ah, pantas saja,…” gumam sang istri.”hhh…. tak taulah aku, urusan kantor”…….

Note :
Kita bekerja untuk siapakah sebenarnya? Untuk atasan kitakah? Dengan niat itukah? Itulah yang seringkali manusia tidak sadari. Apakah kita makan dari gaji yang diberikan atasan kita setiap bulannya? Apakah kalau tidak ada atasan kita kita tak bisa makan? Naudzubillah….Atasan kita hanyalah manusia seperti halnya kita. Bahwa rizki itu datangnya dari Allah, bukan dari manusia dan bukan dari atasan kita. Tak perlu kita menghamba pada manusia, Tidak pula hidup tanpa etika, tanpa “manner” . Dan takutlah hanya kepada Allah, tidak kepada manusia.
 Niat merupakan neraca bagi suatu perbuatan. Niat adalah kehendak yang pasti, sekalipun tidak disertai dengan amal perbuatan. Maka dari itu, kadang kehendak  merupakan niat yang baik lagi terpuji dan kadang kehendak  merupakan niat yang buruk lagi tercela. Hal ini tergantung dari apa yang diniatkan, dan juga tergantung kepada pendorong serta pemicunya. Apakah untuk dunia ataukah akhirat? Apakah untuk mencari keridhoan Allah , ataukah untuk untuk mencari keridhoan manusia? Sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu alaihi wassalam : “Kemudian mereka dibangkitkan menurut niat mereka…..” (HR. Ibnu Majah, no 4229 dan Ahmad, II/392)
“Sesungguhnya setiap orang memperoleh dari Allah sesuai dengan apa yang diniatkan.Jika berniat baik, maka ia akan memperoleh kebaikan. Dan jika berniat jelek, maka ia akan memperoleh balasan kejelekan pula.” (Bahjatun Nazhirin 1/31 dan syarah hadits Arba’in oleh imam Nawawi hal 17).

Monday, April 18, 2011

Aku dan Kisahku

Semoga kisah ini bisa diambil hikmahnya………

Aku adalah seorang abi dari ke 3 putri. Masa mudaku kuisi dengan dunia glamour dan kesenangan, bahkan aku tidak merasa malu untuk menenggak minuman keras, bukan karena sok gagah-gagahan, atau untuk mabuk-mabukan, tapi lingkunganku yang 95 % orang kulit putih, membuatku terbawa pada kehidupan mereka. Beer memang jadi minuman sehari-hari penghangat badan karena dinginnya cuaca alam. Apalagi ditambah hobyku sebagai pemain band, membuatku terbiasa dengan hal seperti ini.
 Suatu ketika, di tengah perjalanan hidupku, sesuatu yang tak kusangka terjadi padaku. Dan inilah yang akhirnya mengubah gaya hidupku selanjutnya. Aku mengalami kejang perut yang luar biasa. Aku kira aku sudah tidak akan melihat dunia ini lagi. Tapi Allah ternyata punya rencana lain. Subhanallah, aku yang selama ini semakin jauh dari  Rabbku, saat itu, kuasa Allah datang…..aku menyebut Asmanya berkali…….di saat itu pula kesadaran berTuhanku muncul. Di sela erangan sakitku. Aku luruh, tersungkur ke bumi, aku bersujud memohon ampun atas segala yang kujalani selama ini.
Aku sangat bersyukur, walaupun orangtuaku tidak mengerti masalah agama, mereka menyekolahkanku di sekolah Islam, sehingga, aku masih bisa mengingat dengan jelas, cara-cara aku harus mengerjakan shalat, berdoa, dsb. Apa yang selama ini benar-benar hilang untuk beberapa saat dalam kehidupanku. Sejak kejadian malam itu, aku terus menyebut Asma-Nya, aku pelajari lagi, apa-apa yang telah aku lupa selama ini. Aku mulai menata kembali hidupku. Aku baca lagi dan lagi Al-Qur’an, aku kaji isinya. Akupun semakin aktif  mengikuti kajian-kajian, dan ceramah tentang Islam.
 Di saat aku ingin kembali bangkit dan membutuhkan motivasi dari seseorang. Subhanallah, aku tak bisa lepas dari mengingat seseorang yang selama ini telah mencuri perhatianku. Dia seorang gadis yang sudah tak ber-ibu. Awalnya, aku bertemu dia di rumah temanku. Ketika akhirnya kami sama-sama jatuh hati, meski dengan kebangsaan yang berbeda.  Kelembutan dan perhatiannya membuatku  saat ini ingin segera menemuinya.
Meski harus kutempuh jarak berkilo, aku bertekad untuk menemuinya. Tapi kedatanganku kali ini tidak seperti yang lalu, kalau dulu dia mengenalku masih sebagai seorang play boy,….. kali ini, aku datang untuk sesuatu yang…entahlah….aku merasa yakin, dia tidak akan menolakku dan masih mencintaiku. Kami memang sempat menjadi kekasih, walau untuk beberapa saat. Dengan berbekal Al-Qur’an di tangan, aku nekad mendatangi rumahnya. Sungguh, diluar dugaannya, dia terkejut melihat kehadiranku, dia tidak menyangka orang se’ play boy’ diriku masih ingat dia, katanya. Dengan sedikit berbasa-basi, dan ngobrol, akhirnya aku berterus terang padanya kalau aku ingin menghadiahi dia Al-Qur’an. “Bacalah”, kataku.
Sejak aku kembali ke jalan-Nya, aku tak pernah lagi bermain-main dengan larangan agama apalagi untuk melanggarnya. Aku bermaksud serius pada Louise, nama gadis itu.Kadang, aku  berbincang lewat telpon saja, itupun pembicaraan yang umum-umum saja dan tentang islam khususnya. Louise memang dibesarkan dalam lingkungan yg tentu saja sama sekali tidak mengenal  islam, karena ayahnya berkebangsaan irlandia asli dan ibunya Amerika. Dari apa yang ku tangkap, dia mengakui bahwa kitab yang aku berikan padanya sungguh sangat bagus isinya, dia mengakui kebenaran Islam.
Itulah langkah awalku. Semoga Allah meridhoiku. Dari situ akhirnya, dia sering berdiskusi denganku tentang islam. Dan di titik penghujung,  dia pun menyatakan diri  ingin masuk Islam. Ya Rabb, inilah kebahagiaanku berikutnya. Terimakasih atas nikmat yang telah Kau beri. Akupun  akhirnya melamarnya. seperti laiknya seorang raja mempersunting permaisuri.
Sementara aku tengah asyik-asyiknya menikmati kehidupan baru, kesadaran baru  beragama,  datanglah kabar yang sama sekali tak kusangka, teman main band ku “Amri” menderita sakit cancer dan sudah stadium 4. Dengan segenap keprihatinan aku berusaha menemuinya. Astaghfirullah…..sungguh keadaannya tak lagi seperti dulu ketika kami masih sama-sama main dalam 1 group band. Padahal, belum begitu lama aku berpisah dengannya. Badannya sangat kurus dan pucat. Tak ada lagi cahaya .
 Hari-hari kuhabiskan bersama sahabatku, aku tak ingin kehidupan yang  kami lewati dulu yang serasa indah nampak dimata, dan sebenarnya hanya kepalsuan, menyeretnya pada hari-hari  terakhir dalam hidupnya. Aku berusaha menuntunnya , menemui jalan yang diridhoi-Nya. Sampai detik terakhirnya, dia berada dipangkuanku, kutuntun detik demi detik yang terlewati dengan mengucap Asma-Nya.  Airmatanya tak hentinya mengalir, sepertinya ingin menyampaikan kata-kata padaku. Semoga Engkau merahmatinya ya Rabb. Aku  terhenyak, tak kuasa menahan air mata, meski aku seorang laki-laki.
Kejadian  ini terus menggelayuti   ingatanku. Aku semakin memantabkan langkahku menuju jalan-Nya. Kuasa-Mu ya Rabb yang telah membukakan pintu hati hamba-Mu ini……

                                                 *****************

Anakku yang pertama lahir, aku memberinya nama Asyah. Aku sengaja tidak menyerahkan kepengasuhan anakku pada baby sitter. Meskipun kami sama-sama bekerja. Sementara istriku sendiri masih belum memadai pemahamannya pada agama, jadi aku mendidiknya, membimbingnya sendiri. Aku bekerja pagi- siang -malam, bahkan sehari aku nyaris tidur hanya 2-3 jam, itupun sebisanya aku tidur . Kadang di kursi aku tertidur dengan sendirinya karena  kelelahan. Tak ada yang kucari kecuali  ridho Allah.  Aku ingin menjadikan keluargaku  keluarga sakinah yang diridhoi Allah.
Tak lama kemudian, lahir anak keduaku, aku beri nama dia, Azzahra. Hari-hari berjalan biasa-biasa saja, tak ada kejanggalan, aku pun sempatkan diri untuk pulang ke negaraku, serta membawa kedua orangtuaku ke negara yang aku tinggali sekarang, supaya  orangtuaku merasakan kebahagiaan yang kurasakan.
Belum genap memasuki tahun pertama usia anakku,  aku disentakkan oleh sebuah berita. Ketika anakku sakit aku berusaha membawanya  ke dokter, dan ternyata….umur anakku hanya diperkirakan bisa bertahan  di usia ke 4. Anakku menderita kelainan jantung .  dan memasuki umurnya yang 1 th, dokter memutuskan mengoperasi,  untuk yang pertamakalinya pada anakku. Karena diperkirakan nanti akan ada operasi lagi setelahnya jika operasi ini berhasil. Akan tetapi jika…………ya Allah, aku tidak berani meneruskan kata-kataku. Dokter bilang kemungkinannya fifty-fifty. Jadi, menurut dokter kami tidak boleh terlalu berharap.  Dan memang aku tak boleh berharap pada manusia. Aku hanya boleh berharap pada Rabb, pencipta alam semesta.
 Mereka bilang, apa yang kualami karena……. “ God Curse your life, both”. Yang ada dibenak mereka Tuhan menghukum kami karena kepindahan istriku menjadi muslim. Aku tak peduli apa yang orang katakan tentang kami. Ruang yang ada dalam pikiranku  kukonsentrasikan penuh untuk mengurus anakku. Subhanallah, Allahu Akbar, Kembali  sujud syukur  ku panjatkan pada-Nya. Karena operasi anakku berjalan  lancar,  tanpa hambatan.  Meski dokter bilang itu hanya untuk menunda usia anakku, paling lama bertahan hanya sampai usia 4 tahun, but who knows? Aku masih tetap optimis. Bukankah kematian akan datang hanya jika sudah saatnya?
Hari-hariku makin kuisi dengan kerja keras, mendidik anak-anakku, istriku, mencari nafkah untuk mereka. tanpa bekerja keras aku tidak akan bisa membiayai anakku. Alhamdulillah anak terbesarku bisa memahami . mengapa perhatian dan kasih sayang kami sekeluarga tertuju pada adiknya. Setiap kali terjadi pertengkaran, aku memohon kebaikan hati kakaknya untuk bisa mengerti ,karena kita tidak tahu hidupnya entah mau sampai kapan?  
Di usianya yang ke-4 anakku kembali harus operasi.Operasi jantung untuk yang ke -3 kalinya. Dadanya akan kembali dibelah. Sungguh, aku merasakan nyeri  seperti yang anakku rasakan . Kalau saja aku bisa menggantikan rasa sakit anakku yang belum ada dosa, maulah kiranya aku menggantikannya. Akulah orang yang paling banyak dosa.ya Rabb, ampunkan hamba-Mu.
                                                 **********

Kebahagiaan demi kebahagiaan terus mengalir dalam hidupku, aku semakin merasakan nikmat dalam keimanan. sampai  akhirnya…..datang ujian susul menyusul menderaku. Anak pertamaku sekarang duduk di bangku kuliah di tingkat 3, dia mulai melirik untuk kerja part time di sela-sela kuliahnya. Aku pun mengiyakan tanda setuju, Aku berfikir supaya anakku mandiri dan tertempa menjadi pribadi yang tangguh, karena aku sudah cukup membekalinya dengan agama sejak  kecil.
Manusia hanya bisa berencana, ‘Allah is a decision maker’ . Aku garis bawahi kata-kata ini, apa yang kuperkirakan akan menjadikan kebaikan pada anakku, ternyata yang terjadi malah sebaliknya. Sejak mengenal dunia kerja dan dunia uang, sedikit demi sedikit bergeser keyakinan anakku. Awalnya dari kegerahannya memakai hijab, dunia pergaulan yang menuntut banyak untuk berpesta dan menghabiskan malam-malam diluaran telah berimbas ke anakku. Dia mulai mengenal dunia discotic pesta-pesta, sesuatu yang benar-benar diluar jangkauan akalku sebagai abdi-Mu ya Rabb.

Bagi Negara seliberal Amerika, tentu saja tidak mengherankan kebiasaan hidup seperti apa yang dijalani anakku sekarang ini, Tapi justru apa yang dia jalani sebelum-sebelumnya, dimana di saat dia dulu terjaga akhlaknya , justru dianggap sebagai suatu keanehan. Begitulah,akhirnya anakku terseret dalam dunianya yg baru, yang membuatnya merasa tidak terasing lagi kini. Ah, rasanya aku ingin berteriak......Buah hatiku………, akhirnya  tertanggallah sudah hijab yang menghiasi wajah lembutmu  selama ini.
Aku tak lagi bisa bicara. Untuk menghibur diriku, aku hanya bisa membaca berulang-ulang, bahwa semua sudah tertulis, sudah menjadi kehendak-Nya. Q.S. Al hadid ayat 22  dan 23:
“ Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab  di lauh mahfudz, sebelum kami mewujudkannya, yang demikian itu mudah bagi Allah”
“ Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu , dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.”
Inilah tahun-tahun kesedihanku, tahun-tahun berkabungku, ketika di tahun yang sama, aku harus kehilangan anakku yang kedua, setelah apa  yang dialaminya. Putriku yang kedua telah menghadap sang khalik.Anakku, buah hatiku……… telah lebih dulu meninggalkanku, dengan kesalihannya, dengan hijab yang masih bertengger di wajahnya, dengan sikap dan tingkah lakunya yang selama ini lurus, tanpa cela.  Tanpa terasa   menetes air mataku. Airmata kehilangan seorang ayah yang mencintai anak-anaknya, tapi tak kuasa manakala berhadapan dengan takdir sang Maha Kuasa. “ya Allah, terimalah amal kebaikan putriku di sisi-Mu, ampunilah segala dosa-dosanya, bukakan pintu hidayah untuk anakku pula,…..sebelum ajal menjemputnya”.

*      Seperti yang dikisahkannya padaku.

Sunday, March 6, 2011

MAJLIS IBU-IBU


masjlis
Middle East,7 April 2009

Kalau di Negara Timur tengah disini selalu ada satu ruang besar di lantai dasar yang disebut ruang majlis, yaitu ruang  tempat  berkumpulnya para tamu undangan, atau tempat berkumpulnya  anggota keluarga.

Rumah di sini rata-rata besar dan berlantai 2 atau 3. Itulah makanya mereka punya ruang majlis yang cukup besar. Semantara kamar tidur terletak di lantai atasnya. Majlis itu sendiri artinya pertemuan, sama halnya dengan liqo’. Ini sekedar prakata saja. Saya sendiri tidak akan membicarakan Balai yang  menampung banyak orang ini,akan tetapi saya akan membicarakan tentang petemuan.
Pertemuan, yang lazimnya dihadiri oleh beberapa orang, atau banyak orang, biasanya didasari oleh adanya suatu tujuan. Ada yang dengan tujuan arisan, silaturahmi lebaran, atau bahkan pertemuan suatu organisasi yang ada di lingkungan sekitarnya. Saya samasekali tidak bertujuan untuk menelanjangi orang lain, tapi marilah kita sama-sama introspeksi diri. Terutama saya pribadi. Tujuan saya menulis ini adalah supaya telinga saya tersentil, barangkali akan memerah sejenak, tapi ini sudah menjadikan niatan saya, supaya mata terbuka lebar dan gaungnya akan membuka hati pula. Insya Allah….
Di setiap majlis, entah apalah namanya itu, majlis taklimlah, atau apa, dimanapun, selalu ada yang namanya pergunjingan. Bahkan apa yang baru saya ikuti  seminggu terakhir ini, yang awalnya katanya diskusi, rembuk masalah social, pun tak lepas dari itu. Ironis memang. Dan apesnya, sayalah yag kena. Saya menghadirkan seorang psikolog, notaris, dll yang pada intinya, mereka semua adalah orang berpendidikan jenjang tinggi semua. Maklumlah, di luar negri, kata orang. Saya sendiri adalah orang awam yang tidak menguasai ilmu apa-apa kecuali seorang ibu rumah tangga biasa. Kebetulan kita berada dalam sebuah misi social mencari dana untuk suatu tragedy di Indonesia yang terjadi baru-baru ini. Saya bekerja tidak sendiri, kebetulan saya meminta tolong kepada sang psikolog yang memang jawara pula dalam menulis. Saya meminta tolong kepada beliau untuk membuat proposal guna mendapatkan dana tsb. Alhasil…ditanyailah saya A…..sampai Z. Subhanallah….saya mengakui benar-benar beliau memang  seorang yang sudah ahli berorganisasi, juga punya wawasan yang luas.
Sampai di sini saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga. Saya yang ingin melangkah, tapi tidak punya gambaran, tidak punya pegangan, seperti mendapatkan angin baru dan segar. Meskipun awam dalam segala hal, Alhamdulillah saya masih punya sedikit nurani, yah,.. taruhlah cuma sekuku  hitam,tapi, mudah-mudahan bermanfaat, pikir saya. Alhamdulillah, sebelum berdiskusi dengan beliau-beliau, hati nurani saya mengatakan, yang namanya uang, apalagi dengan dalih untuk sosial, akan rentan dengan segala permasalahan. Saya tidak mau orang mencibir, bahwa dana yang sudah terkumpul masuk ke kantong pribadi pengurus saja. Meskipun pada akhirnya tetap akan ada omongan, silahkan, tapi itu urusan belakang. Yang penting kita sudah berusaha sesuai jalur yang digariskan.
Bahwa uang adalah masalah yang sangat sensitive, itulah makanya saya mau ada bukti otentik, saya tekankan ini sejak dari awal. Jadi bukan permasalahannya saya mau memojokkan si Fulan, atau mencemarkan nama baiknya. Tapi saya harus memberikan pembelajaran bahwa kita harus bekerja secara professional dari lingkup yang paling kecil sekalipun!
Karena persoalan yang terus mengganjal ini, akhirnya saya coba mediskusikan kepada orang yang lebih tahu masalahnya, beliau teman saya, seorang pendakwah, seorang yang…. subhanallah zuhud, aktif berorganisasi. “Ibu,Islam itu adalah agama yang mempunyai aturan.Hal terkecil sekalipun dalam hidup ini diatur di dalam Islam”. Kata beliau “Jadi ibu sudah sangat benar dalam hal ini. Meskipun berat, ibu wajib menyampaikannya kepada teman-teman.”lanjutnya.Dengan dasar inilah,  saya, dalam forum majlis ibu-ibu ini berusaha menyampaikannya kepada Ibu-ibu yang lain.
Beberapa hari sebelumnya, kebetulan datang teman saya bersilaturahmi kerumah. Dalam pembicaraan dengan beliau diantaranya saya menyampaikan,….”Ibu, kapan ya kita bisa bertemu dengan teman-teman untuk membicarakan ini?”kata saya. Jawab beliau ,”kalau minggu-minggu ini sepertinya tidak bisa, Ibu Fulanah sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan acara dalam waktu dekat ini”katanya. “Iya, saya ingin menyampaikan bu, kalau masalah keuangan itu adalah masalah yang sensitive. Saya percaya, Ibu Fulan orangnya amanah (karena saya sendiri mengenal beliau). Akan tetapi kita harus membenahi, supaya kerja kita lebih professional. Ini saya sudah menyiapkan stempel, kwitansi dan sebagainya”. Lanjut saya.
Masya Allah,………..ternyata pertemuan saya dengan teman saya sebelum majlis ibu-ibu itu diadakan merupakan bumerang bagi saya. Senjata yang benar-benar ampuh berbalik menyerang saya. Saya tak habis pikir………
Pada saat ibu psikholog menanyai saya dengan rentetan pertanyaan, datanglah ibu yang lain, dan seterusnya….Pada saat itulah beliau dengan muka memerah, berbicara “Saya tidak suka kalau ada orang yang berbicara dibelakang forum mengatakan ini dan itu. Saya tahu teman saya. Kalau ucapan ibu (yang berbicara dibelakang) didengar oleh ibu A, padahal saya tahu beliau begini…begini…dst, itu akan sangat menyakitkan beliau”,
“Kalau memang mau berbicara, jangan orang perorang.berbicaralah selagi di forum”  Pada awalnya saya belum menangkap arah pembicaraan ibu ini. Tapi karena beliau terus berbicara, akhirnya saya menemukan arah bicaranya. “Coba kalau ucapan itu sampai kemana-mana?”lanjutnya.
Ya Allah, pada saat itu sepertinya tak ada satupun penolong saya, saya merasakan debaran dada, serta sakitnya. Saya benar-benar disudutkan dalam hal ini. Ternyata benar apa kata teman saya yang mubaligh itu,…”Meskipun berat, ibu harus menyampaikannya……”kembali melintas.
Yang saya tidak habis pikir, setelah Ibu Fulanah bicara, bahwa kalau ada apa-apa itu jangan berbicara dibelakang,……tidak berapa lama kemudian beliau membalikkan sendiri ucapannya…….bla…bla..bla…
”saya sudah mendiskusikannya dengan ibu A” kata-kata ini beberapa kali beliau ucapkan. Hanya saja kata-kata beliau yang seharusnya berbicara “tidak di forum” beliau perhalus dengan kata “berdiskusi”. Kalau saya berbicara lagi, akan panjang masalahnya.percuma…dalam hati saya.Saya terbiasa untuk tidak protes. Biarlah,..kata dalam hati saya.
 Suasana itu akhirnya berhasil dicairkan oleh Ibu psikholog yang memang melihat permasalahan ini dari sudut pandang yang netral. Tapi suasana hati saya sudah terlanjur memanas. Jadi setelah Ibu psikholog berbicara, saya coba menyampaikan apa yang sebenarnya ada di hati saya. Inilah kesalahan terbesar saya. Semoga next time saya tidak akan melakukan kesalahan ini lagi. Saya memetik hikmahnya, niat saya untuk meluruskan permasalahan yang sebenarnya ternyata sekali lagi menjadikan bumerang diri saya seoalah sayalah orang yang paling sensitive.
“Demi Allah, Saya, insya Allah tidak bermaksud berbicara dibelakang,kalaupun saya berbicara dibelakang saya tidak bermaksud untuk mambicarakan si A si B nya tapi saya hanya ingin menyampaikan yang seharusnya”. "ya Rabb, tanpa sadar aku membawa-bawa nama-Mu, betapa berdosanya aku....ampunkan aku..." kata dalam bathinku.  Dan tanpa sadar ketika saya berbicara,…saya melihat Ibu fulanah tadi bermain mata sebagai tanda isyarat dengan ibu Fulanah yang lain. Masya Allah,… dalam hati saya. Selama ini ibu Fulanah memang menganggap dirinya tidak pernah berghibah dan sudah 2 kali ini beliau seolah menuduh saya yang berghibah. Sementara teman saya yang menyampaikan ke beliau, wallahu Alam saya tidak tahu bagaimana penyampaian beliau, lepas dari tuduhannya. Malah dengan bangga beliau memamerkan,kalau beliau telah berdiskusi dengan teman saya itu.Hhhhhh….. dunia…..betapa gilanya…….yang waras siapa yang gila siapa…….
Saya ingat kata-kata beliau sebelum ini….”Saya ini kasihan ibu, ibu jangan berbicara begitu…” kata beliau kepada teman saya yang saya ceritakan waktu itu main kerumah.”Ibu, tolong lho ya, ucapan-ucapan kita ini tadi jangan sampai kemana-mana. Ibu jangan berbicara keluar” katanya secara langsung menunjuk saya.”Maaf ya, meskipun teman baik atau apa, saya tetap saja tidak akan percaya  100% termasuk kepada ibu, dan ibu.” kata beliau. “Iyalah, yang 100% itu kan hanya milik Allah” timpal saya. “Bisa saja dalam hal ini ibu berbicara keluar” katanya. “Oh, jangan salah ya bu” kata saya. “dalam hal ini kita harus fair, bukan Cuma saya,bisa jadi ibu juga, atau ibu A yang berbicara keluar” balas saya sengit. Alhamdulillah…ya Allah, saya seperti mendapat kekuatan. Mungkin karena tersudut, pikir saya. Beliaupun akhirnya diam dengan kata-kata saya.
Hikmah yang bisa saya ambil dari majlis demi majlis yang saya pernah hadiri, selalu saja ada perkataan yang saling menjatuhkan, saling menyikut, berghibah….naudzubillahimin dzalik. Ya Allah,…berilah hamba petunjuk. Pantas saja wanita dilarang keluar rumah,sampai shalatpun lebih bagus di rumah. Pantas saja,…..pantas saja….Saya bukannya merasa sudah terbebas dari berghibah. Justru saya merasa diri karena perempuan rentan dengan ghibah, rentan dengan segala bentuk permasalahannya,minimal saya harus mengurangi banyak majlis pertemuan. Bukankah kewajiban wanita mengurus suami dan anak di rumah? Lantas pergaulan macam mana yang Islami?  
Oh,…Majlis ibu-ibu………..