Sunday, January 23, 2011

* "indonesian....ROKHIS??" "AKU BUKAN ANAK INDONESIA"

ROKHIS??

BAPAK PEJABAT SMOGA ALLAH MERAHMATI ANTUM .
SETELAH BEBERAPA TAHUN SAYA PERIBADI MENGAMATI TENTANG KEADAAN DARI SANG PAHLAWAN DEVISA YANG ADA DI SAUDI ARABIA INI KHUSUSNYA , BANYAK SEKALI CERITA-CERITA YANG MEMILUKAN HATI DAN MENCUCURKAN AIR MATA , BETAPA TIDAK PAK, ORANG YANG BAPAK ANGKAT SEBAGAI PAHLAWAN ITU TERNYATA DI NEGARA ORANG TIDAK SEDIKIT DARI MEREKA YANG MENJADI KORBAN PELECEHAN , PEMBUNUHAN , PENYIKSAAN , SAYA PRIBADI BERHARAP DAN BERDO'A SEMOGA PENGIRIMAN PAHLAWAN DEVISA ITU BERKURANG BAHKAN DI BERHENTIKAN :
PAK ...
KEBANYAKAN MEREKA MENJADI PELACUR MEREKA MELACUR BUKAN HANYA SESAMA INDO NESIA TAPI DENGAN ORANG BANGLADES PAKISTAN HINDIA TERLEBIH2 DENGAN ORANG SAUDI .
PAK ....
BUKAN SEKALI SAYA MENDENGAR ORANG BANGLA,PAKISTAN,HINDI NGOMONGIN ORANG KITA , MEREKA BILANG :"INDONESI ROKHIS" BAPAK TAHU APA ARTINYA : INDONESIA MURAH.
PAK...
CINTA NEGARA ITU BAGI SAYA TERASA KETIKA KITA BERADA DI NEGARA ORANG LAIN , SAKIT HATI INI PAK MENDENGAR KATA - KTA HINAAN ITU.
PAK ....
SAYA MEMANG RAKYAT KECIL YANG WALAOPUN DENGAN MENGORBANKAN NYAWA TIDAK AKAN MEMAJUKAN ATAO MENGHARUMKAN INDONESIA YANG SAYA CINTAI , NAMUN SATU PEGANGAN SAYA :
"CINTA TANAH AIR SEPAROH DARI IMAN "
PAK ....
BAGAIMAN ALLAH AKAN MERAHMATI NEGARA KITA KALO KITA MEMBANGUNNYA DENGAN UANG SUBHAT .
BAPAK SBY. YANG SAYA KAGUMI YANG SAYA HORMATI YANG SAYA BANGGAKAN, MUMPUNG BAPAK MENJADI PRESIDEN BERHENTIKANLAH PENGIRIMAN TKI (W/L) .
PAK ....
MAAFKAN RAKYATMU YANG TIDAK SOPAN INI, BAPAK BOLEH MENANGKAP SAYA KALO ADA KATA-KATA SAYA YANG TIDK BERKENAN DI HATI BAPAK .
DARI : AHMAD

Subhanallah, begitu lugas dan bersahaja kata-katanya. Adakah yang masih peduli dengan jeritan hati seorang  AHMAD ??? Aku hanya rakyat kecil, tak ada bedanya dengan beliau. Kalaupun aku menulis berlembar-lembar, mungkin tidak akan memberikan pengaruh apa-apa, kecuali hanya sebentuk kepedulian pada sesama, hanya sebentuk penolakan hati melihat kemunkaran yang ada dihadapan mata. Karena aku tidak bisa bertindak selain mendukung kata-katanya.
Banyak kisah tentang ‘pahlawan devisa’ (yang.... aku sendiri tidak setuju pada sebutan ini,kalau hasil dari........untuk mendanai negara). Pak Ahmad, aku lebih setuju kalau bapaklah yang disebut sebagai pahalawan itu. Pengakuan bapak sebagai “ rakyat kecil” , yang telah dengan berani menyuarakan hati nurani akan kebenaran , sampai-sampai  bapak bersedia untuk ditangkap untuk sebuah kata-kata yang justru ingin membangun sebuah Negara yang bersih , yang nantinya bisa membuat Negara lain segan kepada kita karena  bangsa kita adalah bangsa yang berkeribadian???



“AKU BUKAN ANAK INDONESIA”.

Sungguh miris mendengar kata-kata itu keluar dari bibir  seorang bocah 9 tahun. Kata-kata yang keluar dari bibir mungil seorang anak yang notabene lahir dan berkebangsaan murni  Indonesia.  Sudah sedemikian rusakkah bangsaku ? sampai-sampai anak seusia itu, yang seharusnya merupakan asset bangsa, masa depan Negara ada di tangannya, sebagai pemegang tongkat estafet, tak lagi mau mengemban nama, yang selama ini digembar-gemborkan , dikagumi bangsa lain di dunia?
Pagi itu, seorang ibu dan anaknya tengah belanja di sebuah supermarket. Ibunya tengah sibuk berbelanja untuk memenuhi kebutuhan dapur yang sudah menipis. Dibiarkannya anknya memilih, mencari  makanan kecil kesukaannya. Tak ada yang istimewa, setelah selesai ,sang ibu segera membayar belanjaannya. Tentu saja si ibu harus rela untuk antri beberapa jenak, di meja kasir yang paling ujung. Tak berapa jauh dari situ ada counter lain dengan dua deret etalase yang memajang jam tangan dan alat-alat elektronik lain. Sang ibu tak tahu kalau si anak dengan penuh perhatian menatap ke counter itu.
Di tengah perjalanan ke rumah, sang anak, tiba-tiba mengadu pada ibunya.
“Ibu, aku tidak ingin jadi orang Indonesia. Kenapa aku mesti dilahirkan di Indonesia? Aku malu bu, jadi orang Indonesia.“
“Nak, seharusnya kita itu bangga jadi bangsa Indonesia, bangsa yang besar, dengan kekayaan alamnya yang subhanallah, sangat berlimpah.” ujar ibunya.
Sang anakpun akhirnya nyerocos, “tapi aku nggak mau jadi orang Indonesia, bu.Aku bukan anak Indonesia. Nanti, kalau sudah besar, aku mau besar di negeri lain. Mau tinggal di Negara lain yang tenang, yang damai.” Orang Indonesia kenapa sih bu, jahat-jahat, ?” Si ibu masih dengan rasa keibuannya menjawab kata-kata anaknya. “ Tidak semua orang Indinesia jahat, nak. Yang baik pun tak kurang-kurang.”jawab sang ibu, tidak pula tau apa yang dimaksud si anak dengan kata ‘jahat’ tadi.
“Bu, tadi waktu di supermarket, aku lihat ada 2 orang Indonesia.”
“Oya? Dimana? Kenapa gak kamu sapa, nak?”
“Malu ah bu, tadi mereka itu di depan kita, di counter yang jual jam tangan itu.....mereka mau beli jam itu, terus mereka tanya, berapa harganya?....yang jualan bilang 25 riyal”
“Terus??”Tanya sang ibu
“terus, orang Indonesia itu nawar, 10 riyal aja....tapi yang jual gak kasih. Habis itu bu, masa....cewek itu bilang, 10 riyal saja deh, nanti aku kasih temenku ini ke kamu. Sama aku kasih no hp ku...tapi yang jual tetep bilang, gak....”
“Astaghfirullahal adziim....” Ucap sang ibu. Pemandangan yang sangat ironis, yang sangat tidak edukatif dan sempat  tertangkap mata sang  anak. Sungguh diluar kuasanya untuk mengelak dari kejadian itu. Sudah tak punya rasa malukah anak-anak bangsa kita, para pembantu kita ??????? menawarkan diri secara vulgar, ( masih disertai dengan penolakan) yang seharusnya, kalau kita masih punya nurani... ...betapa sangat memalukan???? dengan atau tanpa penolakan.Dan kejadian itu membekas di hati sang anak.....Si ibu tidak akan pernah menyalahkan sang anak, sampai ingin berlepas diri dari sebuah bangsa yang katanya sangat dikagumi dunia.Keputusan adalah masalah hati. Dan sang ibu pun membiarkan sang anaknya untuk ...suatu ketika menjadi warga dunia, bukan warga khusus bangsa tertentu.
 

***


No comments:

Post a Comment